,

Pengusaha: 80 Persen Konsumen Ritel Kurangi Kantong Plastik

Liputan6.com, Jakarta – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai kebijakan kantong plastik berbayar pada toko ritel modern telah berjalan dengan baik.

Sejak di ujicoba pertama pada 21 Februari 2016, 80 persen konsumen ritel modern sudah mengurangi pemakaian kantong plastik dan membawa kantong belanja sendiri.

“Jadi sudah ‎terbukti 80 persen masyarakat itu sebenarnya menerima. Mereka sAsosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai kebijakan kantong plastik berbayar pada toko ritel modern telah berjalan dengan baik.udah sadar untuk mengurangi penggunaan kantong plastik,” ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (14/7/2016).

Namun Roy menyatakan, saat ini kebijakan tersebut‎ tidak jelas arahnya. Sejak masa uji coba pertama berakhir pada 31 Mei 2016, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menerbitkan surat edaran (SE) kedua pada 8 Juni 2016 terkait kelanjutan kebijakan ini.

Isinya, mekanisme kebijakan tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah (pemda) masing-masing. Menurut ‎Roy, dengan mekanisme seperti ini, maka tidak ada ketentuan yang seragam yang diberlakukan pada ritel modern di seluruh Indonesia. Akibatnya, kebijakan ini malah membuat peritel dan konsumen bingung.

‎”SE ini melepas harga (kantong plastik belanja) pada Pemda. Jadi ada yang minta Rp 1.500, Rp 2.000, Rp 5.000. Padahal ini berbeda dengan semangat dari SE pertama di mana kita sudah sepakat dengan KLHK, YLKI dan lain-lain bahwa harganya sama, itu sebesar Rp 200, dan kantong plastik itu dijual sebagai barang dagangan,” kata dia.

‎Roy menegaskan, peritel tidak pernah keberatan dengan adanya kebijakan ini. Asalkan, standar mekanismenya sama di seluruh Indonesia. Dengan demikian, tidak membingungkan peritel dan konsumen.

“Ini kita dukung asal diterapkan standar yang sama, tapi ini kan dari kota ke kota lain beda. Kita harapkan Permen-nya (Peraturan Menteri LHK) segera keluar. Masalah harga (kantong plastik) kita fleksibel. Karena esensinya bukan harga, tapi bagaimana masyrakat tidak memakai kantong plastik lapi tapi mereka bawa sendiri,” tandas dia.

Artikel di atas ditulis oleh Liputan 6

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).