,

Pencemaran Lingkungan, Sebagian Besar Dari Sampah Plastik

SUAKAONLINE.COM – Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini, sebagian besar disebabkan karena sampah plastik. Tidak hanya di tanah saja, melainkan di udara dan air. Di udara bentuk pencemaran disebabkan oleh asap dari proses pembuatan plastik. Sementara di tanah, jika plastik terkubur, maka akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga kesuburan tanah menjadi berkurang.

“Sedangkan di air, saat ini, sampah dimanapun pada akhirnya akan bermuara di air,” ujar Miss Earth Indonesian Air 2013, Vitri Dwi Martini saat menghadiri Talkshow Diet Kantong Plastik, di Ruang Pameran Tetap, Museum Konferensi Asia-Afrika (MKAA), Sabtu (23/4/2016).

Talkshow yang digelar oleh Pemerintah Kota Bandung dalam rangka memperingati Konferensi Asia-Afrika ke-61 ini, membahas tentang keberadaan kantong plastik yang menjadi sumber permasalahan lingkungan. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap kebijakan plastik berbayar.

Dalam kegiatan yang bertajuk “Bandung Cantik Tanpa Kantong Plastik” ini, Vitri  menghimbau kepada masyarakat agar memulai budaya membawa botol minum dan tempat makan sendiri. Selain itu, menghindari minum dengan menggunakan sedotan juga merupakan langkah kecil untuk membantu meminimalisir pencemaran lingkungan. “Dan terus mengedukasi masyarakat dengan media massa. Karena media mempunyai pengaruh yang besar bagi perubahan,” tambah Vitri.

Selain Vitri, Dosen Hubungan International dari International Women University Danieldi sekaligus Puteri Bahari 2012, Andhitiyasanti Sofia, juga turut menyampaikan beberapa hal mengenai lingkungan dan laut. Dengan berbekal pengalaman menyelami beberapa laut yang ada di Indonesia, membuatnya semakin mengerti potensi apa yang bisa dihasilkan oleh laut Nusantara.

Baca juga:  Maraknya Penipuan Mengatasnamakan Pimpinan Kampus

Menurut Sofia, potensi laut Indonesia terdiri dari pariwisata, makanan, bahan bakar dan transportasi. Dari segala potensi yang ada akan timbul pula berbagai permasalahan. Misalnya,  dengan banyak wisatawan yang datang, otomatis akan menambah jumlah produksi sampah setiap harinya. Dengan begitu laut akan tercemar. Padahal, Indonesia kaya akan keindahan lautnya.

“Kura-kura yang harusnya pertumbuhan tubuhnya sempurna tapi karena tersangkut plastik di tubuhnya, menjadi cacat dalam pertumbuhannya. Untuk itu solusinya hanya ada 2 yaitu edukasi dan konservasi,” tambah Sofia.

Edukasi dan konservasi tersebut terdiri dari preservation (memelihara) yang ada, protection(melindungi) yang sudah ada dan restoration (mengembalikan) yang sudah tidak ada. Dalam hal ini, Sofia menyebutkan bahwa peran pemuda bagi lingkungan hidup. Diantaranya, sebagai agent of change (agen perubahan).

“Zaman sekarang, banyak hal pendukung bagi para pemuda untuk lebih peduli pada lingkungan hidup. Seperti,  the power of community dan the power of technology merupakan pendukung pemuda sebagai agen perubahan,” kata Sofia.

Reporter : Hasna Salma / Magang

Redaktur : Edi Prasetyo

 

Artikel di atas dapat dibaca di Suaka Online

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).