,

Pelibatan Seluruh Warga Sekolah Dalam Penyelenggaraan Envirochallenge 2019

Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) kembali mengadakan kegiatan edukasi, “Envirochallenge 2019”. Memasuki tahun keempat penyelenggaraannya, GIDKP bekerjasama dengan The Body Shop Indonesia, Howden Indonesia dan Sejauh Mata Memandang menggandeng sekolah-sekolah tingkat menengah atas dan sederajat di Jabodetabek dan Bandung Raya. Sebanyak 23 sekolah yang terpilih menjadi peserta Envirochallenge 2019 yang ditantang untuk memetakan isu polusi plastik di sekolahnya dan mencari ide solusi yang sejalan dengan pendekatan tujuan pembangunan berkelanjutan. Envirochallenge 2019 juga terus mengedepankan tujuan agar dapat menjadi wadah pengembangan kemampuan bagi para peserta sebagai pencipta perubahan dalam konteks isu lingkungan hidup.

Terdapat perbedaan pada Envirochallenge 2019 ini dari Envirochallenge sebelumnya. Pada tahun ini, kegiatan lokakarya tidak hanya ditujukan untuk murid dan guru pembimbing program saja, melainkan juga melibatkan warga sekolah lainnya, seperti petugas kebersihan sekolah, penjaga kantin, kepala sekolah sampai dengan orang tua murid yang ada di sekolah peserta. Hal ini bertujuan agar seluruh lapisan warga sekolah dapat memahami permasalahan polusi plastik yang ada di sekolahnya dengan sudut pandang yang berbeda dan menciptakan kinerja yang maksimal dalam implementasi program bebas plastik di sekolah.

Kegiatan bagi sekolah yang terpilih menjadi peserta Envirochallenge 2019 dimulai dengan mendapatkan kesempatan lokakarya dari para mentor untuk melakukan pemetaan awal permasalahan sampah plastik di sekolah. Kemudian, mereka dibantu menyusun program kreatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mulai dari mencari solusi sampah botol air minum kemasan, sampah sedotan plastik sekali pakai untuk minuman di kantin, sampai dengan inisiatif untuk mengajak orang tua murid berkomitmen mendukung pelaksanaan program bebas plastik yang ada di tempat anaknya bersekolah.

Untuk guru dan stakeholder lainnya di sekolah, pada Envirochallenge 2019 berkesempatan untuk mengikuti lokakarya dan Focus Group Discussion guna menggali lebih dalam lagi pemahaman isu polusi plastik yang dikaitkan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Melalui forum-forum ini, para peserta dari masing-masing sekolah lebih dalam menyadari bahwa mereka pun memiliki peran masing-masing yang juga berkontribusi dalam mewujudkan sekolah bebas plastik.

Terdapat 10 sekolah yang didanai untuk pelaksanaan program di sekolahnya masing-masing. Sekolah tersebut adalah SMA Insan Cendekia Madani Serpong, School of Human Bekasi, SMK Prima Unggul Tangerang Selatan, SMK Bina Mandiri Bekasi, MAN 4 Kab. Tangerang, SMAN 69 Pulau Pramuka Jakarta, SMAN 2 Bandung, SMAN 16 Bandung, SMAN 22 Bandung dan SMAN 8 Bandung.

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dilakukan oleh koordinator dan relawan yang terdapat di masing-masing wilayah. Setiap sekolah diharuskan membuat laporan perkembangan tentang perubahan jumlah konsumsi plastik di sekolah dan partisipasi warga sekolah dalam proyek tersebut. Untuk membantu setiap sekolah dalam merumuskan indikator kinerja yang pada akhirnya dapat berdampak pada penilaian keberhasilan program sekolah, Envirochallenge melakukan pendampingan intensif agar siswa dapat menemukan metode dan indikator yang tepat.

Perwakilan dari Howden Brama Adiyaksa sangat mengapresiasi semangat siswa-siswi yang menjadi peserta Envirochallenge 2019. Ia menilai anak muda segmen yang sangat penting dalam membangun inisiatif penyelamatan lingkungan hidup, dan ini dimulai di sekolah. “Saya sangat tertarik melihat semangat para anak muda seperti peserta Envirochallenge ini, yang mana di usia yang masih mau main ini mereka sudah serius melihat permasalahan-permasalahan sampah plastik ini yang sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama, tapi mereka melihat mereka harus bisa menjadi solusi dalam masalah ini walaupun dimulai dari sekolah mereka masing-masing” ujarnya saat ditemui pada kegiatan pemantauan dan evaluasi Envirochallenge 2019 di SMK Bina Karya Mandiri.

Sejalan dengan itu, Chitra Subyakto dari Sejauh Mata Memandang merasa senang melihat antusias dari para peserta Envirochallenge 2019 atas ide-ide kreatifnya dalam membuat program di sekolah masing-masing. “Kegiatan ini memberikan harapan bahwa semua yang terlibat di Envirochallenge 2019 dapat membantu mewujudkan Indonesia bebas dari sampah plastik.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Dita Agustia selaku perwakilan dari The Body Shop Indonesia. “Program yang dijalankan di Envirochallenge 2019 adalah hal-hal yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari kita.” Video kegiatan Envirochallenge dapat di akses di

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).