, ,

Nadia Mulya: Diet Sampah Plastik

Berusaha hidup sehat juga berarti mesti ikut menjaga lingkungan tetap bersih dari pencemaran. Salah satu sumber pencemar paling besar di Indonesia adalah sampah plastik. Nadia Mulya (35) peduli soal ini.

Runner-up Puteri Indonesia 2004, yang dikenal sebagai presenter dan belakangan juga penulis buku ini, sudah memupuk kebiasaan untuk mengurangi sampah plastik sejak remaja. ”Kebiasaan sejak sekolah SMP di London (Inggris). Kalau belanja di sana mau pakai kantong plastik, kan, harus bayar. Jadi, selalu bawa tas bahan sendiri,” ujar Nadia yang pekan depan juga akan berpartisipasi dalam acara yang terkait Bulan Penyadaran Kanker Payudara di Jakarta

Sampai saat ini, jika berbelanja kebutuhan rumah tangga yang cukup banyak di supermarket, Nadia memilih menggunakan wadah kardus, bukan kantong plastik. Untuk belanjaan lain yang lebih sedikit, ibu dua anak ini selalu membawa cadangan tas bahan.

Sampah plastik memang pencemar yang setiap hari tanpa sadar kerap kita lemparkan ke lingkungan sekitar. Bahan plastik ini tidak bisa terurai dalam tanah. Bahkan, terus terbawa hingga menjadi polutan berbahaya.

”Banyak hal yang bisa kita lakukan. Setidaknya kita bisa mulai dengan tidak memakai kantong plastik belanja,” ujar Nadia. Demi mengurangi sampah plastik, Nadia pun rajin membagi tas bahan ke asisten rumah tangga, sopir, dan tetangga. (DAY)

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Oktober 2015, di halaman 16 dengan judul “Diet Sampah Plastik”.

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).