, ,

Merdeka dari Plastik

 

Indonesia sudah merdeka dari penjajahan selama 72 tahun. Merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi merdeka artinya adalah bebas; berdiri sendiri; dan tidak terikat. Namun sayangnya, sampai saat ini Indonesia ternyata belum sepenuhnya bebas dari berbagai permasalahan negeri. Salah satunya adalah problem sampah plastik yang semakin hari semakin memprihatinkan dan menjadi sorotan banyak pihak.

Tugas besar negara ini untuk mencari solusi bagaimana masalah sampah plastik dapat segera terselesaikan. Kondisi sampah di Indonesia sudah menjadi perhatian dunia. Seorang professor dari Universitas Georgia, Jenna Jambeck merilis sebuah riset yang menunjukkan bahwa Indonesia menyumbangkan 180 juta ton sampah plastik ke lautan.

Tidak bisa dipungkiri, sampah plastik memang akan berujung ke laut. Hal ini berdasarkan pengamatan kami saat melakukan bersih-bersih pantai di Pulau Damar Besar, Kepulauan Seribu pada 26 Agustus 2017. Bersama dengan #DKPRanger dan beberapa organisasi lainnya seperti Jakarta Paddle Club, Putri Selam Indonesia, kami mengadakan kegiatan untuk membersihkan sampah yang ada di Pulau Damar Besar.

Perjalanan ke Pulau Damar Besar membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan menggunakan perahu dari Dermaga GOR Bahtera Jaya di Ancol. Pulau ini termasuk pulau kosong yang tidak ditinggali oleh para penduduk, tapi hanya ditinggali oleh penjaga pulau yang berasal dari Tentara Nasional Indonesia.

Empat kapal digunakan untuk membawa para relawan ke Pulau Damar besar. Satu diantara empat kapal tersebut merupakan kapal kosong yang nantinya akan digunakan untuk membawa sampah ke tempat daur ulang. Sehingga, sampah yang sudah dikumpulkan tidak ditinggal begitu saja di pulau.

#DKPRanger yang turut berpartisipasi dalam kegiatan ini diantaranya adalah Karunia Idha, Sylfi Indriani, Intan Pratiwi, Yulia Azizah dan relawan ad-hoc, Norberta. Peserta yang hadir tidak hanya dari kalangan anak muda saja. Banyak juga orang tua dan anak-anak yang turut serta. Setengah diantaranya adalah warga negara asing yang punya perhatian khusus pada isu sampah di laut.

Setibanya di sana, kami mendapatkan pengarahan dari Bapak Wijaya selaku inisiator dari kegiatan ini. Beliau menyampaikan mengenai proses pengumpulan sampah dilakukan secara terpilah kepada para peserta. Sampah dikelompokkan dalam beberapa kategori, Jadi, para relawan tidak mencampur sampah-sampah yang dikumpulkan. Sehingga, selain melatih peserta untuk memilah sampah, juga mempermudah tim GIDKP dalam melakukan penghitungan volume sampah yang terkumpul.

Kami memulai aksi sekitar pukul 08.00 WIB. Semua peserta sudah dibekali dengan sarung tangan, penjepit sampah dari bambu dan kantong sampah. Peserta menyebar dari ujung ke ujung. Tidak sulit menemukan sampah di sini. Ketika tiba di pesisir pantai, kami sudah menemukan banyak sekali sampah styrofoam. Padahal pulau tersebut airnya sangat jernih, bisa digunakan untuk wisata dan olahraga air.

Kantong-kantong sampah dikumpulkan pada satu titik. Selain membantu mengumpulkan sampah, #DKPRanger memiliki tanggung jawab untuk menghitung seluruh sampah yang terkumpul pada kantong-kantong dan krat sampah yang sudah disediakan. Peserta semakin semangat untuk membersihkan pantai karena ada hadiah menanti bagi peserta yang mengumpulkan paling banyak sampah.

                Kami tidak dapat membayangkan, bagaimana pulau yang sedikit dihuni oleh masyarakat dan jauh dari pemukiman warga tetapi menghasilkan sampah yang sangat banyak. Antusiasme relawan pun tidak menyusut, semakin jauh dari titik kumpul, semakin banyak sampah yang didapat, semakin semangat mereka untuk membuat pantai tersebut kembali bersih.

Tepat pukul 12.00 WIB, kegiatan selesai dan peserta beristirahat untuk menikmati makanan serta minuman yang mereka bawa. Rata-rata sampah yang dikumpulkan peserta adalah sampah plastik. Tim #DKPRanger pun bekerja untuk menghitung seluruh sampah yang sudah terkumpul. Tim dibagi menjadi dua yaitu yang menghitung sampah di tiap kategori dan menimbang setiap kategori tersebut.

Proses menghitung dan menimbang sampah memberikan pengalaman tersendiri bagi relawan. Intan Pratiwi, #DKPRanger yang baru pertama kali melakukan bersih-bersih pantai mengungkapkan perasaannya. “Baru pertama kali melakukan bersih-bersih pantai dan kaget banget dengan timbunan sampah yang ada di sini. Gak bisa ngebayangin sampah-sampah plastik memenuhi lautan dan merusak ekosistem,” ujarnya.

Berikut ini adalah rekapitulasi timbunan sampah yang sudah dihitung oleh tim #DKPRanger  berdasarkan kategorinya :

  1. 44 kantong styrofoam;
  2. 1 kantong, kantong plastik;
  3. 14 kantong botol plastik;
  4. 40 kantong plastik umum (bercampur antara sampah sachet, bungkus makanan, dll);
  5. 18 kantong sampah sandal & sepatu;
  6. 12 kantong sachet;
  7. 2 kantong botol kaca;
  8. 1 krat sampah secara umum;
  9. 1 krat sampah botol plastik;
  10. 1 krat sampah botol kaca;
  11. 1 ember sampah pemantik api (isi 25%);
  12. 1 kantong sampah boneka;
  13. 1 kantong sampah B3 (televisi, lampu, bohlam);
  14. Sampah sofa

 

Setelah dikategorikan, kemudian dilakukan penimbangan dengan rincian sebagai berikut :

  1. Styrofoam : 84,1 kg
  2. Botol plastik : 34,7 kg
  3. Sendal & sepatu : 83,5 kg
  4. General : 165 kg

Total seluruhnya adalah 367,3 kg. Ini belum termasuk sampah-sampah lainnya yang ada dalam krat, karena beban yang sangat berat dan alat timbangan yang tidak cukup memadai untuk mengangkat krat-krat tersebut, jadi kami tidak dapat menghitung seluruhnya. Namun, jika dapat berasumsi, berat total semua sampah yang sudah dikumpulkan dapat mencapai dari 400 kg.

 

total sampah di Pulau Damar besar
Rekapitulasi sampah di Pulau Damar

Sampah yang sudah dikumpulkan, kemudian dibawa ke atas kapal khusus untuk diangkut ke dermaga Ancol yang kemudian diserahkan ke perusahaan daur ulang, yaitu Tridi Oasis Group.

Melihat kondisi pulau tersebut, menunjukkan bahwa Indonesia belum benar-benar merdeka dari sampah, khususnya sampah plastik. Lautan mendapatkan dampak yang paling buruk karena sampah-sampah di daratan akan berakhir di laut. Kegiatan bersih-bersih sampah di pantai adalah salah satu langkah yang dapat dilakukan. Namun, jika tidak dibarengi dengan regulasi baik dari pemerintah pusat maupun pusat tetap tidak akan selesai dengan optimal.

Kami berharap Indonesia dapat merdeka dari sampah plastik. Pemerintah dapat sesegera mungkin mengeluarkan regulasi untuk mengatur pengurangan kantong plastik. Sehingga, masalah sampah plastik dapat segera teratasi dan prediksi mengenai sampah plastik yang jumlahnya akan lebih banyak dibandingkan ikan tidak akan terjadi.

 

Dokumentasi lengkap dapat dilihat di sini

 

 

 

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).