Kanker Plastik

Kita adalah Generasi Kecanduan Plastik

Berdasarkan data prediksi penduduk Indonesia pada tahun 2015 penduduk Indonesia sekitar 255,4617 juta jiwa dan pada tahun 2035 penduduk Indonesia sekitar  305,4617 juta jiwa. Penambahan penduduk yang banyak ini tentu terdampak terhadap penambahan jumlah tumpukan sampah baik di darat ataupun lautan jika tidak dimulai dengan penanganan yang efisien dan efektif.

Sampah organik bisa membusuk dalam kurung waktu relatif lebih cepat dibandingkan dengan sampah an-organik. Salah satu jenis sampah an-organik yang sulit terurai adalah plastik. Plastik membutuhkan lebihd ari 100 tahun untuk terurai.

Sejarah plastik

Plastik adalah bahan sintetis yang memiliki bermacam-macam warna1. Plastik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1892 di London sewaktu ajang Great International Exhibition. Plastik awalnya digunakan sebagai pengganti bola biliar yang terbuat dari semen oleh Alexander Parkes.

Pada tahun 1930 sampai 1940an plastik muncul untuk pertama kalinya di pasar konsumen. Penggunaan plastik sering perkembangan jaman dan teknologi semakin berkembang, tidak hanya untuk kebutuhan elektronik, perlatan makan, pengganti kaca, pembungkus barang dan makanan, bahkan juga pembersih tubuh (seperti facial foam, scrub dan lain sebagainya).

Masalah Plastik

Menurut Earth Policy Institute lebih dari satu triliun kantong plastik digunakan setiap tahun dan dua juta kantong plastik digunakan setiap menit di seluruh dunia. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Greengeneration (organisasi nonpemerintah) satu orang penduduk Indonesia rata – rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun.

Data dari Ocean Conservancy’s annual International Coastal Cleanups, kantong plastik secara konsisten termasuk dalam daftar sepuluh  puing – puing sampah yang paling banyak dikumpulkan di pantai seluruh dunia.

Data dari Perserikatan Bangsa – Bangsa yang menyebutkan bahwa 10% dari plastik yang diproduksi setiap tahun di seluruh dunia berakhir di laut dan 70% diantaranya tenggelam ke dasar laut. Akibat dari sifat awetnya plastik – plastik tersebut cenderung tidak terurai.

Penggunaan plastik dengan skala besar saat ini mulai berdampak terhadap lingkungan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh ilmuan Jenna Jambeck dari University of Georgia dan rekannya menganalisa dan menyatakan sampah plastik di lautan adalah masalah global.

Penelitian dilakunkan di 192 negara sepanjang garis pantai atlantik, pasifik dan laut hindi, mediterania dan laut hitam menghasilkan sebanyak 2,5 miliar metrik ton limbah padat. Dari total limbah tersebut 275 juta metrik ton adalah plastik dan kurang lebih 8 juta metrik ton sampah plastik yang tidak terolah dengan baik terbawa ke laut pada 2010.

Hasil analisa tersebut diterbitkan dalam jurnal Science edisi 13 Febuari 2015. Kesimpulannya pada 2010 sebanyak 4,8 hingga 12,7 juta metrik ton sampah plastik telah mengambang dan mencemari lautan. Dampak kumulatif sampah plastik di lautan pada 2025 akan mencapai 155 juta metrik ton dan angka tersebut akan terus bertambah.

ivon

Peringkat penghasil sampah plastik di lautan. (Sumber: Jurnal Science, 2015)

Sampah plastik masalah bersama

Dari fakta diatas patutlah kita sadari bersama keadaan sampah khususnya sampah plastik sudah memasuki tahap genting. Plastik dan sampah lainnya yang mengambang selama bertahun-tahun telah membentuk petak – petak raksasa di lautan.

Sampah khusunya kantong plastik di lautan sangat mudah tersangkut di karang laut. Kantong plastik yang tersangkut di karang membutuhkan waktu empat hari untuk membuat karang menjadi putih (proses sebelum mati).

Terumbu adalah rumah bagi 32 jenis ikan dan 132 jenis ikan yang mengkonsumsi makanan dari terumbu karang bernilai ekonomi. Satu dari delapan populasi dunia mengandalkan ikan sebagai sumber pangan dan pendapatan. Jika kita terus terlena menggunakan plastik kita akan mengancam kesediaan sumber protein dan memperparah kondisi ekonomi negara.

Efek lain dari keteledoran kita dalam mengolah sampah kita telah mengancam kelangsungan sumber daya alam untuk generasi selanjutnya. Pemanasan global adalah masalah bersama dan butuh penanganan sesegera mungkin. Hal kecil yang bisa kita lakukan bersama adalah mencegah keinginan untuk menggunkan kantong plastik.

 

Artikel ini ditulis oleh Maria Chris (#DKPRanger) di Qureta

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).