Diskusi Plastik pada Hari Bebas Kantong Plastik Internasional 2015

DKP – Merayakan hari peringatan lingkungan tidak harus selalu dengan selebrasi yang berlebihan dan menghasilkan banyak emisi. Hari peringatan lingkungan dapat juga dikemas dengan acara yang menarik dan edukatif. Seperti peringatan Hari Bebas Kantong Plastik Internasional yang diselenggarakan oleh Asean Reusable Bag Campaign  (ARBC) 2015. Didukung oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, YSEALI dan Hilo Green Community,  ARBC mengadakan diskusi bersama dengan aktivis dan akademisi di @America Pasific Place, Rabu, 1 Juli 2015.

Diskusi mengenai kantong plastik ini dibedakan menjadi dua sesi. Pada sesi pertama, narasumber adalah tim YSEALI yaitu Ranitya Nurlita dan Cut (YSEALI Indonesia), Alex Callao (YSEALI Filipina), Lum Mun Hoong (YSEALI Malaysia), serta Shofwatul Arumatil (Anti Plastic Hero). Sebagai alumni program YSEALI, mereka mengenalkan Asean Reusable Bag Campaign 2015 kepada para peserta yang hadir. Kegiatan mereka diantaranya edukasi ke sekolah dan mengajak rekan-rekan Hilo Green Community dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik bekerja sama dalam menyuarakan pesan lingkungan menuju Hari Bebas Kantong Plastik Internasional.

Acara dibuka oleh Duta Besar Amerika untuk Indonesia yaitu Robert O. Blake yang mendorong masyarakat di Indonesia untuk mendorong menjamurnya gerakan-gerakan pemuda khususnya di bidang lingkungan. Ia juga menyampaikan bahwa kantong plastik tidak baik bagi alam karena memberikan kerugian yang dirasakan tidak hanya hari ini tapi di masa yang akan datang. Ranitya Nurlita, sebagai penggagas Asean Reusable Bag Campaign mengajak para peserta untuk ikut terlibat dalam pemecahan solusi kantong plastik. Peserta diajak untuk membaca deklarasi untuk menolak kantong plastik sebagai komitmen lingkungan.

Sesi pertama dimulai pada pukul 14.00 WIB. Dimoderatori oleh Muhammad Yusuf yang memandu diskusi ini. Masing-masing pembicara memaparkan mengenai kegiatan yang mereka lakukan di negaranya masing-masing. Ternyata, tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Malaysia dan Filipina juga menghadapi masalah yang sama. Sampah plastik banyak ditemukan di tepi-tepi jalan yang merusak pemandangan. Di Filipina, Alex mencoba memberikan kampanye kepada para pengguna Jeepney (alat transportasi Filipina) dengan memberikan stiker untuk menolak kantong plastik. Sedangkan, di Malaysia pemerintah setempat sudah membuat kebijakan untuk tidak menggunakan kantong plastik setiap Hari Sabtu.

Materi kedua diisi oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GDIKP) yang disampaikan oleh Sano, Cindi Priadi dari akademisi UI dan Melati serta Indigo dari Bye-Bye Plastic Bag Bali. Sano sebagai pendiri Greeneration Indonesia memaparkan aktivitas yang selama ini sudah banyak dilakukan oleh GIDKP. Advokasi, edukasi dan kampanye selalu dilakukan secara konsisten baik di Bandung dan Jakarta.

Saat ini GIDKP sudah bermitra dengan berbagai organisasi seperti Bye Bye Plastic Bag Bali, Komunitas Nol Sampah Surabaya, Zona Bening Malang, Rumah Sampah Berbasis Sekolah Tasikmalaya, SMK PGRI Jayapura, Hilo Green Community, Asean Reusable Bag Campaign, dan IAAS LC Unpad.

Presentasi kedua dari Cindi Priadi, seorang akademisi dari Universitas Indonesia yang banyak melakukan penelitian mengenai lingkungan. Menurutnya, plastik memang benar-benar mengancam alam. Air, tanah dan manusia menjadi korbannya. Berdasarkan penelitian, 4% dari produksi minyak dunia digunakan untuk membuat kantong plastik. Banyak yang dapat dijadikan solusi untuk mengurangi kantong plastik. Bisa mengantinya dengan biodegradable atau oxo-degradable plastik. Namun, yang paling utama adalah mengurangi dan tidak mengonsumsinya secara berlebihan.

Terakhir dan yang lebih menarik adalah presentasi dari Melati dan Indigo yang datang jauh dari Bali. Mereka adalah anak-anak muda yang penuh kreavitas. Sejak 2013, Melati dan kawan-kawan green school banyak mengadakan kampanye untuk mengurangi kantong plastik di Bali. Anggota mereka terdiri dari anak-anak sekolah, aktivis dan masyarakat Bali yang mendukung gerakan ini untuk menyelamatkan Bali dari banyaknya sampah kantong plastik. Bye Bye Plastic Bag mampu mendorong Gubernur Bali, Made Mangku Pastika agar membuat kebijakan tegas terkait pengurangan kantong plastik hingga membuat surat edaran di Bali.

Menghadapi gempuran kantong plastik sejatinya disikapi dengan solusi yang mudah dipraktikkan dalam keseharian hidup kita. Pemerintah juga harus sigap menghadapi kehadiran kantong plastik yang kemungkinan pada masa depan akan cukup membahayakan alam. Pada Hari Bebas Kantong Plastik Internasional 2015 ini, segerakan masing-masing dari kita untuk merayakannya dengan sederhana dan berdampak yaitu dengan berjanji untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.

Adisa Soedarso

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).