,

Cantik Tanpa Kantong Plastik

MAKASSAR – Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati di gedung Celebes Convention Centre (CCC) Sabtu 5 Maret 2016. Satu hal yang menarik adalah dilakukannya peluncuran kantong plastik berbayar. Sebagai upaya pemerintah mereduksi produksi sampah plastik, meski masih banyak kritikan terhadap program ini.

Pemerintah dianggap tidak adil karena membebankan dampak penggunaan plastik ke konsumen. Padahal yang buat adalah perusahaan besar. Harusnya kantong plastik ditiadakan saja. Sebab semua telah sepakat plastik akan dan telah merusak lingkungan.

Jauh sebelum program ini diluncurkan, nenek moyang kita sudah menerapkan pola penggunaan keranjang atau bakul setiap kali pergi ke pasar. Jadi ini bukanlah hal baru di Indonesia. Hanya saja memang perlu dilakukan revolusi perilaku.

Beranikah kita kembali kepada kearifan lokal. Menggunakan keranjang atau bakul dari daun lontar itu tetap cantik.

Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto dalam setiap kesempatan mengaku yakin, program kantong plastik berbayar bisa membantu mengurangi volume sampah yang masuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang.

Untuk itu, Danny, sapaan Wali Kota Makassar telah membuat 2 ribu kantong belanja sebagai gerakan awal menekan penggunaan plastik. Harapannya 30 persen sampah yang dihasilkan warga Makassar bisa berkurang. Setiap hari warga Makassar menyumbang 700 sampai 800 ton sampah ke TPA.

Dari pencegahan kantong plastik, Danny mulai menjalin kerja sama dengan perbankan agar bisa memberikan kredit kepada bank sampah. Sehingga semua sampah bisa dipilah dan diolah oleh bank sampah. Tidak semua harus dibuang ke TPA.

Program yang dijalankan Danny ini mencoba menyelesaikan masalah sampah sejak awal dari rumah tangga. Pertanyaan sekarang, lantas bagaimana upaya pemerintah mengatasi masalah penggunaan plastik oleh perusahaan besar.

Beranikah pemerintah memberikan sanksi kepada perusahaan besar yang terbukti telah membuang sampah dan limbahnya. Atau melarang perusahaan untuk memproduksi kantong plastik.Sehingga memaksa warga kembali ke penggunaan bakul daun lontar. Seperti orang tua kita dulu.

Jangan hanya masyarakat kecil yang dibebani membayar penggunaan plastik. Sementara perusahaan yang jelas telah merusak lingkungan tidak mau membayar ganti rugi terhadap dampak buruk yang dirasakan manusia, hewan, tumbuhan, dan alam.

Semoga pemerintah sukses dengan programnya. Cantik tanpa kantong plastik.

 

Artikel di atas diambil dari Makassar Terkini yang dapat dibaca di sini

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).