Jakarta, 29 September 2016. Penggunaan kantong plastik sudah mencapai 9,8 miliar lembar setiap tahunnya di Indonesia (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016). Hal ini tentu saja sangat membebani lingkungan kita. Sampah kantong plastik yang biasa kita gunakan berakhir di TPA (tempat pemrosesan akhir), selokan, sungai, danau, hingga lautan. Saat ini, Indonesia “dituduh” sebagai negara penyumbang sampah kantong plastik ke lautan terbesar nomor dua di dunia setelah Tiongkok (Jambeck, 2015). Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) sudah sejak tahun 2010 menyuarakan isu lingkungan khususnya sampah kantong plastik. Petisi #pay4plastic yang dikampanyekan oleh GIDKP mendorong diluncurkannya kebijakan kantong plastik tidak gratis di Indonesia pada awal tahun 2016. Ini merupakan langkah konkret untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dan dampaknya yang merusak ekosistem.
GIDKP bekerja sama dengan Ikatan Pencinta Batik Nusantara (IPBN) mengadakan talkshow “Belanja Cantik Tanpa Kantong Plastik” pada Gebyar Batik Muda Nusantara (GBMN) 2016 di Food Society, Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. Talkshow ini mengangkat isu budaya dan lingkungan yang dikolaborasikan bersama dalam bentuk diskusi dan peluncuran reusable bag batik, hasil kerjasama GIDKP dengan Martha Ellen, merek fashion yang mengangkat kain tradisional Indonesia.
“Tujuan diadakannya talkshow ini adalah untuk mendorong generasi muda dan pihak-pihak terkait lainnya untuk peduli dan berkontribusi aktif terhadap pelestarian budaya, sekaligus pelestarian lingkungan hidup,” jelas Rahyang Nusantara selaku Koordinator Harian GIDKP
Acara talkshow “Belanja Cantik Tanpa Kantong Plastik” merupakan salah satu rangkaian kegiatan pembukaan GBMN 2016 yang diadakan oleh IPBN dan Putra Putri Batik Nusantara (PPBN). GBMN adalah wujud nyata IPBN dan PPBN untuk mempromosikan batik kepada masyarakat secara luas dan menyeluruh.
Talkshow akan menghadirkan Ir. Tuti Hendrawati Mintarsih selaku Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah KLHK, dan Rahyang Nusantara dari GIDKP. Nadia Mulya akan berbicara sebagai perwakilan masyarakat yang mencintai budaya dan lingkungan untuk berbagi inspirasi seputar upaya mereka dalam melestarikan batik dan menjaga lingkungan hidup. Selain itu, adapula Martha Nuttall, pemilik merek fashion Martha Ellen, yang cinta akan warisan budaya Indonesia.
“Saya ingin menggabungkan unsur budaya dan lingkungan hidup dalam satu gaya hidup. Melalui acara ini, diharapkan dapat mendorong perubahan gaya hidup dengan memasukkan unsur budaya dan lingkungan hidup,” ujar Nadia Mulya yang juga merupakan relawan GIDKP.
Batik merupakan warisan leluhur. Sebuah mahakarya yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi. Batik harus diperkenalkan dan dilestarikan oleh berbagai kalangan terutama generasi muda. Melalui penyelenggaraan acara ini diharapkan dapat menjadi media yang tepat untuk mendorong masyarakat mengurangi penggunaan kantong plastik dan menggantinya dengan tas pakai ulang yang lebih mendukung gaya hidup dan apresiasi batik.
Tentang Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik
GIDKP merupakan sebuah gerakan nasional yang mengajak masyarakat untuk bijak menggunakan kantong plastik. Kami menginisiasi sebuah petisi #pay4plastic yang akhirnya menjadi sebuah kebijakan nasional yaitu kantong plastik tidak gratis.
Tentang Ikatan Pecinta Batik Nusantara
IPBN adalah sebuah perkumpulan budaya yang memiliki visi untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda di Indonesia terhadap batik dengan melakukan upaya pelestarian, pengembangan dan penghargaan batik sebagai warisan budaya. Beberapa program yang dimiliki yaitu Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara dan Gebyar Batik Muda Nusantara yang berlangsung secara rutin setiap tahun sejak 2011.
Tentang Martha Ellen
The Martha Ellen philosophy is to make beautiful, quality clothes that merge tradition and culture with contemporary, wearable designs. Martha Ellen designs are: unique, designed for living, produced with the customer in mind, rooted in communities.