Jenewa, 15 Agustus 2025. Sidang negosiasi plastik global (INC-5.2) yang diharapkan menjadi tonggak penting dalam upaya internasional mengakhiri polusi plastik justru berakhir dengan mengecewakan. Agenda yang semula dijadwalkan selesai pada 14 Agustus 2025 di Jenewa, Swiss, mendadak diundur ke 15 Agustus 2025 untuk menggelar sesi pleno terakhir. Namun, perubahan mendadak ini disertai dengan munculnya Draft Chair’s Text terbaru yang dibagikan hanya dengan sedikit waktu bagi para delegasi dan pengamat untuk mempelajarinya sebelum memasuki tahap negosiasi terakhir.
“Dietplastik Indonesia cukup menyayangkan bahwa draft teks terakhir yang beredar malah menunjukkan pelemahan komitmen pada pencegahan sampah plastik di hulu, khususnya penguatan sistem reuse dan refill yang menjadi kunci pengurangan produksi plastik sekali pakai. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa arah perundingan mulai bergeser menjauh dari solusi yang paling efektif untuk mengatasi krisis plastik secara menyeluruh.” ujar Rahyang Nusantara, Deputy Director Dietplastik Indonesia yang mengikuti proses INC-5.2 langsung di Jenewa.
Kekecewaan semakin mendalam ketika kesempatan intervensi dari kelompok pengamat, termasuk masyarakat sipil, komunitas ilmuwan, dan perwakilan masyarakat garis depan yang terdampak bahkan dipangkas. Hal ini dinilai mencederai prinsip transparansi dan menggerus legitimasi proses yang sejak awal dijanjikan inklusif dan terbuka.
Apa yang terjadi di jam-jam terakhir INC-5.2 menunjukkan mengapa proses perjanjian ini berisiko gagal memenuhi janji bagi manusia dan planet. Keputusan masa depan polusi plastik dibuat tengah malam, tertutup, dan tanpa kejelasan langkah selanjutnya. Negara-negara dipaksa memilih antara dua opsi buruk: teks Ketua yang lemah dan nyaris tidak menyebut pencegahan sampah, guna ulang, dan isi ulang; atau kembali ke draf lama yang gemuk dan bertele-tele.
Keputusan Ketua untuk mengetuk palu penutupan dan meninggalkan ruang sidang membuat seluruh proses kehilangan momentum di momen yang seharusnya krusial untuk memberi arah. Tanpa kejelasan langkah dan proses selanjutnya, bahkan tanpa versi teks resmi yang akan menjadi acuan perundingan, keputusan ini menimbulkan tanda tanya besar atas arah perjuangan dunia melawan polusi plastik.
“Jika negosiasi ini gagal memberikan kejelasan dan kepemimpinan, kita berisiko melewatkan kesempatan bersejarah untuk mengakhiri polusi plastik. Minimnya transparansi dan ambisi ini mengkhawatirkan. Kita tidak bisa menerima perjanjian yang mengabaikan solusi hulu seperti guna ulang dan isi ulang, atau yang menghindar dari kewajiban memangkas produksi plastik. Bagi Indonesia dan negara-negara Global South, ini bukan debat abstrak — polusi plastik sudah merusak komunitas, ekosistem, dan ekonomi. Sesi berikutnya harus mengembalikan kredibilitas: terbuka, inklusif, dan berkomitmen pada langkah ambisius untuk menghentikan polusi plastik dari sumbernya.” tambah Rahyang Nusantara.
Dietplastik Indonesia menegaskan bahwa keterlibatan publik yang bermakna dan kepemimpinan yang visioner sangat diperlukan untuk memastikan kesepakatan global ini tidak sekadar menjadi dokumen formal, tetapi benar-benar menjadi alat yang efektif untuk menghentikan krisis plastik dari akarnya.
Kontak Media:
📧 contact@plasticdiet.id/ aguni@plasticdiet.id
📞 +62811-2441-901
Anggota Dietplastik Indonesia yang Menjadi Observer di INC-5.2 Jenewa, Swiss | 5–14 Agustus 2025
Rahyang Nusantara [Deputy Director, Dietplastik Indonesia]
Telah lebih dari 10 tahun aktif dalam kampanye lingkungan, khususnya advokasi pengurangan sampah plastik. Saat ini fokus pada sistem guna ulang (reuse ecosystem) dan terlibat di AGUNI sebagai pendiri, Asia Reuse Consortium sebagai perangkai gotong royong, dan PR3 the Global Alliance to Advance Reuse sebagai Communications and Public Policy Expert.
Tentang Dietplastik Indonesia
Dietplastik Indonesia adalah organisasi nirlaba yang mendorong perubahan sistemik untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai, memperluas sistem guna ulang di Indonesia, dan mengadvokasi pengurangan emisi metana dari sektor sampah. Sejak 2013, kami telah memimpin advokasi nasional—mendukung lebih dari 100 kota dalam menerapkan pelarangan plastik—serta membangun solusi inklusif seperti Pasar Bebas Plastik dan Gerakan Guna Ulang. Kami juga mengatasi krisis iklim dan pencemaran dari hulu dengan mendorong pengelolaan sampah organik langsung dari sumbernya—memastikan sampah tidak hanya dikurangi, tetapi juga tidak tercampur dan salah kelola. Misi kami adalah menghentikan polusi plastik dan menurunkan emisi gas rumah kaca dengan mengubah cara sampah diproduksi, dikonsumsi, dan dikelola, sekaligus mendorong perubahan budaya dan struktur—di mana guna ulang menjadi norma, sampah dicegah dari sumbernya, dan komunitas lokal diberdayakan untuk memimpin transisi yang adil menuju masa depan yang lebih bersih dan sehat.