Pada 8–9 September 2025, Seoul menjadi tuan rumah Asia Waste Methane Convening 2025, sebuah forum regional yang mempertemukan organisasi masyarakat sipil, akademisi, praktisi, hingga pemerintah untuk merumuskan peta jalan bersama dalam mengatasi emisi metana dari sektor sampah. Dietplastik Indonesia berkesempatan menjadi salah satu narasumber yang hadir untuk membagikan hasil studi Proyek MERIT (Methane Emission Reduction Initiative for Transparency) bersama para praktisi lainnya dari Asia.
Asia menyumbang sekitar 41% emisi metana global dari sektor sampah. Tantangan utama yang dihadapi banyak negara meliputi keterbatasan infrastruktur pengelolaan sampah, lemahnya regulasi, data yang tidak konsisten, hingga praktik seperti open dumping dan minimnya pemilahan sampah. Kondisi ini berlawanan dengan komitmen Global Methane Pledge yang menargetkan penurunan emisi metana sebesar 30% pada 2030. Di Indonesia, sampah organik masih mendominasi komposisi sampah nasional (39,36%), disusul dengan sampah plastik yang menyumbang hampir 20%. Dari total timbulan sampah Indonesia, hanya 38,78% yang berhasil dikelola, sisanya 61,22% masih tidak terkelola dengan baik. Kondisi ini memperburuk potensi pelepasan gas metana, terutama dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seperti Bantar Gebang, Sarimukti, dan Suwung.
Dalam forum ini, Dietplastik Indonesia memaparkan perkembangan Proyek MERIT sebagai upaya Indonesia dalam menyediakan baseline data emisi metana dari sektor sampah dan menguji berbagai metodologi pemantauan. Salah satu capaian yang dihasilkan dalam Proyek MERIT adalah menghitung emisi metana dengan metode IPCC Tier 2 berbasis model First Order Decay (FOD), yang dilengkapi dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan dengan metode Closed Flux Chamber (CFC). Data yang dihasilkan dari Proyek MERIT Fase 1 ini digunakan untuk menyusun baseline emisi metana dari 3 TPA utama di Indonesia, yang dapat dikembangkan untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan pengurangan metana baik di daerah maupun nasional.
Forum Asia Waste Methane Convening 2025 juga membahas bagaimana faktor pendanaan juga berperan penting pada perubahan holistik dalam menangani emisi dari sektor sampah. Berdasarkan data dari Climate Policy Initiative pada Landscape of Methane Abatement Finance 2023, sebanyak 94% pendanaan iklim yang berfokus pada pengurangan emisi digunakan untuk proyek pembakaran atau insinerasi. Hal ini tidak sejalan dengan hierarki pengelolaan sampah, dimana seharusnya pendanaan ini ditujukan untuk solusi berdampak tinggi dan rendah emisi. Selain itu, pada tahun 2021, Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) menemukan bahwa sebagian besar Nationally Determined Contribution (NDC) mendukung insinerasi sampah menjadi energi dan Refused Derived Fuel (RDF). GAIA mendorong agar pembaruan NDC yang akan datang perlu mengalihkan pendanaan iklim dari teknologi pencemar di tingkat paling bawah hierarki sampah.
Dengan berbagai dialog dan kunjungan lapangan yang dilakukan selama 2 hari, para peserta menyampaikan berbagai aspirasi, antara lain mengenai bagaimana menguatkan peran kota dan pemerintah daerah dalam upaya mengurangi emisi, mendorong dilakukannya pengukuran serta pemantauan berbasis sains dengan target yang jelas, sekaligus mengintegrasikan upaya pengurangan metana dengan keadilan iklim, pembangunan sosial, dan pertumbuhan ekonomi.
Pelajari lebih lanjut hasil studi Proyek MERIT di sini
Photo by: Dietplastik Indonesia and SFOC Methane Team