,

Philippines Reuse Study Tour and Conference Lahirkan Philippines Reuse Consortium

Menurut data dari Our World Data, benua Asia mendominasi kontribusi pencemaran sampah plastik ke lautan sebanyak 81% dari total masukan global. Hal ini telah diprediksi dalam penelitian sebelumnya yang menunjukkan angka serupa pada tahun 2010. Filipina yang merupakan negara dengan banyak pulau dan populasi yang tinggal dekat pantai, diklaim bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga (36%) sampah plastik sekali pakai. Hal ini sangat mengejutkan karena sebelumnya Cina dan India dianggap sebagai kontributor utama. Oleh karena itu, dalam rangka merayakan Zero Waste Month, Dietplastik Indonesia sebagai co-convenor Asia Reuse Consortium mendukung diselenggarakannya Philippines Reuse Study Tour and Conference bersama Mother Earth Foundation, Greenpeace Filipina, GAIA Asia Pasifik dan, Break Free from Plastic  pada 20 Januari 2025.

Philippines Reuse Study Tour and Conference yang berlangsung selama tiga hari ini terdiri dari konferensi bersama para pelaku bisnis guna ulang dan pemangku kepentingan multisektoral serta dilakukan juga tur ke lapangan untuk melihat sejauh mana ekosistem guna ulang berkembang dan dapat diterapkan di Filipina. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk membahas tantangan dan peluang dalam penerapan sistem guna ulang, dengan tujuan menunjukkan kepada para pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun lokal (daerah) bahwa guna ulang tidak hanya bersifat mendesak untuk dilakukan, tetapi juga praktis dan dapat sangat mungkin untuk diimplementasikan dalam rangka mencapai tujuan yang berkelanjutan.

Menurut penelitian GAIA, lebih dari 164 juta sachet, 57 juta tas belanja, dan 45,2 juta kantong plastik digunakan setiap hari di Filipina, dengan praktik e-commerce dan jasa antar makanan yang ada memperparah krisis tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kita memerlukan guna ulang sebagai solusi hulu yang harus dikedepankan. Sistem guna ulang merupakan solusi hulu yang memungkinkan orang untuk menggunakan kembali kemasan, sehingga tidak perlu lagi menggunakan kemasan sachet yang boros dan wadah sekali pakai. Jika diadopsi dalam skala besar, gunan ulang ulang dapat menggantikan kemasan sekali pakai dan secara efektif mengurangi sampah plastik. Sistem guna ulang, bersama dengan kebijakan yang tepat untuk mengurangi produksi dan penggunaan plastik, dapat mengatasi krisis plastik di akar masalahnya.

“Plastik dapat bertahan hampir selamanya, tetapi krisis plastik tidak harus demikian, karena terdapat solusi seperti pengurangan, guna ulang, dan isi ulang. Kami telah melihat bagaimana model penggunaan kembali dan isi ulang berhasil mengurangi penggunaan plastik, sekaligus memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi bagi komunitas lokal serta pelaku usaha. Sudah saatnya solusi-solusi ini, yang telah ada sebelum plastik sekali pakai diperkenalkan oleh perusahaan, didukung oleh dunia usaha dan pemerintah agar kembali menjadi kebiasaan di Filipina.” jelas Marian Ledesma Zero Waste Campaigner, Greenpeace Philippines.

Guna ulang merupakan hal yang sangat mungkin diterapkan di Filipina. Inisiatif seperti Kuha sa Tingi, Juana Zero Express, Back to Basics Ecostore, dan Zero Waste Carinderia in Manila, membuktikan bahwa ini adalah model bisnis berkelanjutan yang layak dan sangat mungkin untuk diimplementasikan, dan sesuatu yang dapat dilakukan sejalan dengan pelarangan penggunaan plastik. “Praktik penggunaan kembali dan isi ulang merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya di Filipina, namun tampaknya telah terlupakan dalam laju kehidupan modern yang semakin cepat, terutama di daerah perkotaan. Hal ini perlu dikembalikan ke dalam kesadaran kita dan diperkuat melalui sistem serta kebijakan penggunaan kembali. Guna ulang, seperti yang diterapkan dalam sari-sari stores (warung) dan zero waste carinderias (kantin atau warung makan) oleh Mother Earth Foundation, memungkinkan konsumen untuk membeli barang dengan harga terjangkau yang sebaliknya mungkin terlalu mahal, sekaligus mengurangi ketergantungan pada ekonomi linier berbasis sachet. Yang terpenting, sistem penggunaan kembali dan isi ulang berkontribusi dalam mengurangi polusi plastik, yang menjadi tantangan besar dalam pengelolaan limbah padat ekologis serta dalam upaya mewujudkan Kota Nol Sampah.”ujar Sonia Mendoza, Chairman Mother Earth Foundation.

Philippines Reuse Study Tour and Conference ditutup dengan diluncurkannya Philippines Reuse Consortium (PRC) yang menekankan pentingnya kolaborasi antara pembuat kebijakan, pelaku usaha, dan komunitas dalam menginstitusikan sistem penggunaan kembali serta mendorong manfaat lingkungan dan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan membangun kemitraan dan mengembangkan inovasi dalam penggunaan kembali, PRC dan Asia Reuse Consortium turut membuka jalan bagi transformasi berkelanjutan di kawasan Asia Pasifik.

“Sudah saatnya berbagai sektor bersatu dan berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung agar solusi guna ulang dapat berkembang dan kembali menjadi norma. Kebijakan yang tepat, standar yang jelas, investasi yan.g berkelanjutan, serta akuntabilitas korporasi dapat membuka jalan bagi peralihan menyeluruh dari plastik sekali pakai yang dibuang begitu saja menuju ekonomi berbasis guna ulang yang memberikan manfaat bagi semua pihak.” jelas Faye Ferrer, Network Organizer Break Free From Plastic.

“Komunitas garda terdepan dan para pekerja di sektor persampahan juga memiliki peran penting dalam membangun sistem guna ulang yang efektif. Rencana aksi 10 poin dari Philippine Reuse Consortium mengintegrasikan pelatihan serta kompensasi yang adil bagi kelompok-kelompok ini, sekaligus mengadopsi model gua ulang yang bersifat lokal dan telah terbukti berhasil. Dengan memanfaatkan solusi yang sudah ada, kita dapat mengurangi limbah plastik dan memperluas praktik berkelanjutan.” tambah Froilan Grate, Regional Coordinator GAIA Asia Pasifik.

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).