Gerakan Guna Ulang Berikan Solusi Untuk Kendalikan Sampah Plastik

Sampah plastik sekali pakai saat ini masih menjadi masalah lingkungan yang dihadapi hampir seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia.

Sampah plastik sekali pakai masih sulit untuk terurai. Sampah ini banyak didapatkan dari penggunaan kemasan produk, seperti makanan dan minuman, produk perawatan tubuh, serta produk kebersihan rumah tangga. Jenis sampah plastik sendiri terdiri dari, kemasan yang berasal dari plastik foam, atau terdapat juga kemasan multilapis seperti sachet atau pouch.

Dampak Buruk Sampah Plastik Sekali Pakai

Dampak buruk yang dihasilkan oleh sampah plastik ternyata tidak hanya berpengaruh pada kualitas lingkungan saja, melainkan juga berpengaruh untuk kesehatan manusia.

Jurnal Environment International yang berjudul  “Discovery and Quantification of Plastic Particle Pollution in Human Blood” pada tahun 2022 mendeteksi adanya mikroplastik dalam darah manusia.  Lalu, terdapat studi terbaru yang diterbitkan pada jurnal Polymers yang menganalisis mikroplastik mengalir dalam air susu ibu. Sebanyak 75% dari 34 ibu sehat di Roma, Italia terdeteksi menghasilkan ASI dengan kandungan mikroplastik seminggu setelah melahirkan. Mikroplastik ini bersifat layaknya transporter, memiliki kecenderungan mengikat racun yang membahayakan kesehatan manusia. 

Mencegah Timbulan Sampah Plastik dengan Guna Ulang

Salah satu upaya pencegahan timbulnya sampah plastik yang sesuai dengan amanah pemerintah adalah dengan cara guna ulang. Dengan semakin bertambahnya masalah sampah, sekarang sudah saatnya upaya guna ulang digencarkan. Saat ini, guna ulang dianggap sebagai solusi yang paling tepat untuk mengatasi timbulan sampah plastik sekali pakai yang sudah mulai banyak diaplikasikan di seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri, sudah banyak tradisi atau kebiasaan yang telah menerapkan sistem guna ulang sejak zaman dahulu. Misalnya, kebiasaan untuk membeli jamu dari mbok jamu yang keliling di depan rumah dengan menggunakan gelas yang bisa digunakan kembali, membeli mie bakso dari pedagang gerobak keliling yang menggunakan piring yang kita miliki di rumah, hingga membeli minuman yang dikemas dengan gelas atau botol kaca.

Berdasarkan Ellen MacArthur Foundation Reuse Framework, ada empat model guna ulang yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu (1) Pengisian ulang di rumah (Refill at home),(2) Pengisian ulang saat bepergian (Refill on the go) , (3) Pengembalian dari rumah (Return from home), dan (4) Pengembalian saat bepergian (Return on the go). Tanpa sadar, model guna ulang ini sudah kita lakukan sejak lama, hal ini membuktikan bahwa guna ulang bukanlah hal yang baru.

Yang Dibutuhkan Oleh Pihak-Pihak Yang Menjadi Kunci Penting Dalam Pembentukan Ekosistem Guna Ulang

Untuk menyukseskan gerakan guna ulang ini, dibutuhkan peran berbagai pihak agar dapat berjalan dengan optimal. Pihak-pihak tersebut antara lain:

Manufaktur atau industri produk kebutuhan sehari-hari dapat menyediakan dan menjual produk dalam kemasan guna ulang, yang dapat disediakan secara mandiri maupun dengan jasa bisnis rintisan guna ulang. Produk-produk ini dapat didistribusikan di titik penjualan, seperti pertokoan, pasar rakyat, warung, dan lainnya, sehingga konsumen dapat dengan mudah membelinya untuk digunakan.

Kemasan produk yang sudah selesai digunakan, dapat dikembalikan melalui titik-titik pengumpulan atau drop off points, seperti di bank sampah, pertokoan, pasar rakyat, warung, dan titik lainnya yang dibentuk oleh pemerintah dan/atau industri produk kebutuhan sehari-hari. Konsumen juga dapat mengembalikan kemasan produk itu sendiri atau menggunakan jasa penjemputan yang disediakan oleh pemerintah dan/atau oleh industri produk kebutuhan sehari-hari, sehingga dapat meminimalisir emisi karbon dari proses transportasi. 

Kemasan produk yang telah dikumpulkan akan dicuci dan disterilkan kembali sebelum diisi ulang oleh industri produk kebutuhan sehari-hari dan/atau jasa dari bisnis rintisan guna ulang. Pengisian kembali ini dilakukan sesuai dengan standar kebersihan yang berlaku. Produk dapat didistribusikan kembali di titik penjualan, dan mengulang proses yang sebelumnya sudah dilakukan.

Jika infrastruktur ini dapat terwujud dan dijalankan dengan optimal, maka ekosistem guna ulang dapat dibangun sehingga kita bisa mengurangi ketergantungan konsumsi yang menghasilkan sampah bertumpuk. Dan juga dapat membantu mengurangi efek perubahan iklim dari masalah sampah yang tercecer di lingkungan.

Yuk dukung suksesnya Gerakan Guna Ulang di Indonesia, demi terwujudnya masa depan yang berkelanjutan.

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).