Asia Reuse Consortium Mendesak Pengembangan Sistem Guna Ulang yang Lebih Luas

Untuk memperkuat upaya dalam mencegah dan mengurangi sampah plastik sekali pakai dengan mengedepankan solusi inovatif, Dietplastik Indonesia, sebagai co-convenor dari Asia Reuse Consortium, menyelenggarakan diskusi bertajuk “Scaling Reuse: Collaborative Strategies for Reducing Plastic Waste” sebagai bagian dari Intergovernmental Negotiating Committee (INC) ke-5 Perjanjian Plastik Global di Busan, Korea Selatan. Sesi ini mengeksplorasi strategi kolaboratif untuk memperluas guna ulang sebagai bagian dari ekonomi sirkular dan mempromosikannya sebagai mandat dalam Perjanjian Global Plastik.

Diskusi ini menghadirkan pembicara yang telah menjalankan praktik langsung terkait sistem guna ulang, menyoroti kekuatan transformatif dari praktik berkelanjutan berbasis komunitas, standar untuk sistem guna ulang yang dapat diterapkan secara global, keterlibatan pemulung dan sektor informal dalam sistem guna ulang, serta tantangan pendanaan sistem guna ulang. Panel ini juga membahas kebijakan pendukung dan kebutuhan pendanaan dalam sistem guna ulang. Selain itu, para pembicara menekankan bagaimana Perjanjian Global Plastik dapat mempercepat adopsi ekosistem guna ulang.

“Impian bersama kami untuk sistem guna ulang adalah melihat sistem guna ulang diperluas. Di Indonesia, kami menggagas Reuse Special Interest Group, serta Asia Reuse Consortium untuk cakupan yang lebih luas di regional Asia. Kami mengumpulkan semua pelaku bisnis guna ulang, mendorong, dan mendiskusikan standar yang dapat diterapkan di seluruh bisnis ini. Salah satu aspek kunci dari infrastruktur guna ulang adalah reuse hub. Dalam hub ini, kegiatan seperti pengisian ulang, pengemasan ulang, pencucian, pengumpulan, dan logistik terbalik dilakukan. Hub ini dapat dimiliki bersama oleh pemilik usaha atau produsen, yang membuat sistem lebih hemat biaya, sehingga konsumen dapat dengan mudah mengakses sistem ini,” jelas Tiza Mafira dari Dietplastik Indonesia.

“Kami mendirikan Pusat Pengumpulan Sampah Kering (Dry Waste Collection Centres/DWCCs) sebagai tonggak kerja sama publik-swasta yang efektif di Bengaluru dalam pengelolaan sampah. Di dalam DWCC, kami juga melakukan uji coba sistem guna ulang yang melibatkan pemulung. Dari uji coba ini, kami berusaha mengidentifikasi bahan-bahan yang cocok untuk sistem guna ulang dan, yang terpenting, memetakan para pemangku kepentingan yang terlibat. Selain itu, kami mengamati perlunya keterlibatan lebih besar dari berbagai pihak untuk memaksimalkan sistem ini, terutama melalui kemitraan publik-swasta untuk mendanai peningkatan DWCC untuk sistem guna ulang, untuk memaksimalkan beberapa metrik kunci seperti pengurangan sampah dan peningkatan pendapatan bagi pemulung,” kata Indumathi dari Alliance of Indian Waste Pickers.

Ame Trandem dari Plastic Solutions Fund menekankan pentingnya skema keuangan untuk mendukung ekosistem guna ulang. “Kami menciptakan ekosistem untuk mengidentifikasi setiap aktor dalam setiap aspek. Seperti yang kita lihat, kita membutuhkan berbagai jenis pembiayaan, berbagai jenis pihak yang mendukung pendanaan untuk memungkinkan ekosistem ini. Mekanisme pendanaan juga penting untuk upaya pengelolaan sampah di hulu,” lanjut Ame.

Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam diskusi ini adalah peluncuran laporan ‘Unpacking Reuse in Asiai yang merangkum perkembangan sistem guna ulang di regional Asia. Laporan studi pertama ini menekankan bagaimana sistem guna ulang dapat menekankan inklusivitas dan keberlanjutan bagi lingkungan hidup, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. “Pesan utama dari inisiatif guna ulang yang terangkum dalam laporan ini adalah bahwa kita semua bersama-sama mencari solusi untuk pengurangan plastik. Penting untuk memahami bahwa tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua; oleh karena itu, setiap langkah transisi harus inklusif, responsif, dan relevan dengan konteks lokal,” kata Pinky Chandran, Koordinator Regional Asia Pasifik Break Free From Plastic.

Tautan untuk mengakses laporan

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).