Allas yang merupakan salah satu venture dari Zero Waste Living Lab by Enviu, saat ini Allas sedang menjalin kerjasama bersama merchant-merchant baru dengan cara banyak berbincang dengan teman-teman dari komunitas, start-up, dan NGO lainnya. Hal ini juga menjadi cara untuk meningkatkan awareness masyarakat terkait solusi guna ulang. Kira-kira bagaimana Allas bisa menjadi pengganti wadah plastik sekali pakai pada layanan pesan antar makanan? Yuk simak lika-liku ceritanya!
Melihat Kesiapan Masyarakat Untuk Beralih ke Wadah Kemasan Guna Ulang
GIDKP bersama dengan Enviu menggelar pelatihan dan diskusi kemasan guna ulang dalam industri makanan dan minuman.
Laurencia Cindy selaku Co-Founder Allas mengelompokkan masyarakat untuk beralih ke gaya hidup guna ulang menjadi tiga kelompok. Yang pertama adalah grup A ; grup dimana orang-orang sudah aware dengan praktik reuse. Lalu grup B ; grup yang sudah mulai aware dan sedang bertransisi contoh orang-orang yang membawa tumbler walaupun tujuannya untuk penghematan pembelian minuman namun tanpa disadari mereka juga sudah membantu untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai. Lalu yang terakhir ada grup C ; dimana masyarakat belum aware karena cenderung lebih condong untuk mencari opsi yang lebih mudah dan belum ada dorongan fasilitas dari pemerintah.
Saat ini, bisnis food and beverage sudah sangat marak di Indonesia. Tidak berhenti untuk menjual makanan dan minuman saja, para pelaku usaha dan bisnis saat ini memiliki strategi untuk menciptakan penjualan yang besar. Membuat kemasan yang menarik agar konsumen mau mempublikasikan di media sosial misalnya. Hal tersebut merupakan strategi penjualan yang saat ini banyak dipakai. “Seringkali konsumen juga tidak memiliki pilihan saat memesan ke restoran karena konsumen hanya menerima yang disediakan oleh restorannya. Maka dari itu untuk pilihan bijak ini lebih untuk produsen/restoran yang dapat memilah kemasan yang mereka sediakan. Karena sudah mulai banyak juga masyarakat yang aware dan ingin mulai mengubah kebiasaannya jadi jika produsen/restoran tersebut memilih menggunakan kemasan yang ramah lingkungan atau reuse ini bisa menjadi salah satu added value dan branding mereka”. Ujar Cindy.
Sebenarnya, banyak manfaat yang didapatkan oleh masyarakat jika mereka beralih ke gaya hidup guna ulang seperti mengurangi cost/biaya. Tanpa masyarakat sadari, misalnya membawa tempat minum/tumbler sendiri, mereka jadi tidak perlu membeli minuman lagi, jika membawa reusable bag sendiri mereka jadi tidak perlu membeli tas belanja lagi karena lama-lama hanya akan ditumpuk di rumah, membawa bekal dengan wadah sendiri, jadi tidak perlu membeli lagi makanan diluar dan semua ini juga tanpa disadari dapat mengurangi sampah sekali pakai.
Allas Sebagai Solusi Guna Ulang
Makanan siap saji menggunakan wadah Allas
Allas adalah penyedia kemasan wadah makanan dan minuman yang dapat dikembalikan. Baik untuk pemesanan secara offline maupun online, Allas dapat meminjamkan kemasannya untuk menggantikan kemasan sekali pakai (returnable dan reusable). Tidak hanya meminjamkan wadahnya, Allas juga yang akan mencuci wadah yang sudah dipakai dari konsumen. Wadah makanan yang dipakai terbuat dari bahan silikon dan wadah minuman terbuat dari stainless steel.
Cara kerjasama dengan Allas saat ini ada 2 cara yaitu restoran yang menghubungi Allas atau Allas yang menghubungi restorannya, setelah itu akan diadakan meeting, sharing, dan review jika terjadi persetujuan Allas akan mengirimkan stok wadah kepada restoran tersebut dan mulai launching di sosial media Allas maupun restorannya bahwa keduanya sedang melakukan kolaborasi.
Untuk calon konsumen yang ingin menggunakan Allas dapat melakukan registrasi di website Allas (www.Allas.id) konsumen mengkonfirmasi registrasi tersebut melalui WhatsAp Allas – membayar membership fee – mendapatkan user id. Sedangkan untuk event dapat menghubungi Allas melalui WhatsApp dan berkoordinasi untuk pengiriman wadah ke vendor yang ingin dipakai oleh konsumen.
Untuk pengembalian wadah Allas, dapat dipick-up langsung ke rumah konsumen yang akan di reminder untuk penjemputan wadahnya setiap hari kamis atau diberikan kembali ke restoran atau merchant. Wadah dapat dikembalikan dalam waktu maksimal 14 hari untuk penggunaan pribadi sedangkan untuk event maksimal pengembalian 3 hari setelah acara dilaksanakan.
Dalam menjalani bisnisnya, terdapat beberapa faktor pendukung dan juga penghambat yang dialami oleh Allas. Salah satu yang menjadi faktor pendukung adalah awareness dari teman-teman komunitas, start-up, NGO (Non Governmental Organisation) yang sangat membantu Allas serta support dari pemerintah (regulasi dan peta jalan). Sedangkan hambatan yang dialami oleh Allas dalam menjalani bisnisnya adalah harga peminjaman Allas yang harus bersaing dengan harga single use karena akan bekerjasama dengan restoran yang fokus utamanya adalah bisnis yang menguntungkan, awareness dari masyarakat yang belum aware atau restoran yang belum mau beralih ke solusi reuse.
Keamanan Wadah Makanan dan Minuman Guna Ulang Allas
Untuk memastikan higienitas wadah yang digunakan, Allas selalu memenuhi standard yang dibuat sudah memenuhi aturan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan. “Untuk sistem pencucian saat ini Allas menggunakan guideline/standar yang dikeluarkan oleh Kemenkes yang digunakan juga pada restoran atau hotel tentang bentuk bangunan, pH air, sabun yang menjadi acuan Allas dan tempat yang tertutup untuk penyimpanan wadahnya. Selain itu Allas sedang menerapkan pengadaan commercial dishwasher dimana wadah makanan dan minumannya akan dicuci dengan suhu yang tinggi”. Ujar Cindy.
“Karena mayoritas pengguna Allas adalah orang yang sudah aware dengan praktik reuse, dan praktik reuse juga sudah digunakan sedari dulu jadi untuk pemahaman sudah diketahui oleh konsumen sendiri. Namun Allas mengupayakan akan membuat page khusus pada Website Allas untuk cara mencuci dan higienitas wadah yang sudah dicuci sesuai dengan acuan Kemenkes”. Tambah Cindy.
Note:
Artikel ini ditulis sebagai salah satu keluaran dari kolaborasi antara Allas by Enviu, The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ), dan GIDKP yang memiliki ambisi bersama dalam mengurangi sampah plastik sekali pakai dan membangun ekosistem guna ulang di sektor makanan dan minuman, dimulai dari Provinsi DKI Jakarta. Kolaborasi ini merupakan bagian dari Proyek Percontohan di bawah Proyek Collaborative Actions for Single Use Plastic Prevention in Southeast Asia (CAP SEA) yang diimplementasikan oleh GIZ. Proyek CAP SEA didanai oleh The German Federal Ministry for the Environment, Nature Conservation, Nuclear Safety and Consumer Protection (BMUV) dan bagian dari proyek global untuk mendukung Export Initiative Environmental Protection.