AkzoNobel, perusahaan cat dan pelapis terkemuka serta produsen Dulux mendukung inisiatif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Dengan berbagai permasalahan lingkungan yang diakibatkan kantong plastik, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan baru pada Februari tahun ini untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Peraturan baru ini mengharuskan konsumen untuk membayar setiap kantong plastik yang mereka gunakan saat berbelanja di berbagai ritel modern dan diharapkan cara ini nantinya akan menumbuhkan kebiasaan baru membawa tas reusable ketika berbelanja. Dari tanggal 21 hingga 24 April, AkzoNobel bekerja sama dengan GIDKP untuk menyelenggarakan pameran, talkshow, dan workshop berjudul ‘Bandung Cantik Tanpa Kantong Plastik’ di Museum Konperensi Asia Afrika, Bandung, Kamis (21/4).
Head of Integrated Supply Chain PT ICI Paints Indonesia (AkzoNobel Decorative Paints), Irawan Bahtera mengungkapkan, kantong plastik tidak dapat dengan mudah terdegradasi, kebanyakan berubah menjadi tumpukan sampah yang tidak enak dipandang dan membahayakan ekosistem kita. Kolaborasi AkzoNobel dengan GIDKP pada Hari Bumi ini menegaskan kembali komitmen kami pada keberlanjutan (sustainability), yang sejalan dengan pendekatan kami yaitu Planet Possible. Kami mendukung setiap tindakan yang mengarah kepada keberlanjutan (sustainability).
Indonesia dinyatakan sebagai negara produsen sampah plastik ke laut terbesar kedua setelah Cina berdasarkan sebuah penelitian Jambeck Research Group pada 2015. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan lebih dari 8 milyar ton sampah plastik pada 2010 dan diprediksi akan berkembang jika tidak ada aksi yang dilakukan untuk menguranginya.
Kolaborasi dengan GIDKP dilaksanakan melalui Planet Possible, sebuah pendekatan terhadap keberlanjutan (sustainability) oleh AkzoNobel yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dan membuat dunia lebih berkelanjutan. Implementasi kantong plastik berbayar mempunyai tujuan yang sama dengan Planet Possible dan kerjasama dengan GIDKP tentunya akan membuka banyak kesempatan baru untuk menjaga lingkungan hidup.
“Saya sangat terharu dan bahagia melihat kerjasama antara perusahaan multinasional seperti AkzoNobel dengan komunitas lokal untuk melindungi lingkungan hidup di Indonesia. Saya berharap kolaborasi seperti ini akan terjadi di berbagai tempat lainnya, tidak hanya Bandung dan lebih banyak orang berpartisipasi untuk melindungi lingkungan hidup untuk masa depan yang lebih baik,” ujar Tety Mulyawati, M.Si., Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Bandung.
AkzoNobel melalui Planet Possible mengubah berbagai ambisi menjadi inovasi yang sederhana namun berpengaruh terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. “Sebagai perusahaan yang memproduksi produk-produk green label dan meraih peringkat pertama di DJSI selama empat tahun berturut-turut dan tiga teratas selama sepuluh tahun terakhir, kami selalu berinovasi bersama dengan pemasok kami untuk bersama-sama mengurangi sampah, seperti memakai ulang kemasan plastik kapanpun kami bisa,” jelas Irawan Bahtera.
Sebagai komunitas yang peduli terhadap lingkungan, GIDKP yang diwakilkan oleh Co-Founder Nadine Zamira (Miss Earth 2009) bersemangat untuk membuka peluang tak terbatas yang menekankan pentingnya aksi keberlanjutan (sustainability) melalui kerjasama dengan perusahaan swasta pada Hari Bumi. “Kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan AkzoNobel dan kami harap kegiatan kami selama empat hari ke depan dapat membuat lebih banyak orang mengurangi penggunaan kantong plastik untuk melindungi Bumi kita,” ungkap Nadine.
Salah satu komitmen AkzoNobel sebagai perusahaan adalah untuk menciptakan lebih banyak kota yang lebih humanis (Human Cities) di dunia. Dengan menggunakan tiga kekuatan AkzoNobel – bahan-bahan esensial, perlindungan esensial dan warna esensial – untuk menggairahkan komunitas-komunitas dan membuatnya lebih menginspirasi. Para peneliti dan ilmuwan di AkzoNobel terus menerus mencari cara baru dan inovatif agar pelapis dan cat dapat memainkan peranan lebih signifikan dalam menghadapi tantangan urban ke depannya, termasuk tentang keberlanjutan.
Artikel di atas diambil dari Aksi.co