Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan fakta mengejutkan: seluruh sampel air hujan yang diuji di Jakarta mengandung partikel mikroplastik. Artinya, setiap kali hujan turun bukan hanya air yang jatuh ke bumi, tapi juga plastik.
Fenomena ini menunjukkan bahwa masalah plastik tak lagi terbatas pada tumpukan sampah atau laut yang tercemar. Plastik dengan kandungan berbagai bahan kimia kini sudah naik ke langit, terbawa angin, dan turun kembali bersama udara yang kita hirup dan hujan yang kita rasakan setiap hari.
Mengapa Hujan Bisa Mengandung Mikroplastik?
Berbagai studi lapangan dan ulasan ilmiah menunjukkan bahwa mikroplastik tidak hanya terdapat di permukaan tanah dan laut, tetapi juga sebagai fraksi partikel tersuspensi di atmosfer. Partikel ini dapat terangkat dari sumber darat maupun dari proses pembentukan aerosol, kemudian berinteraksi dengan uap air atau butiran presipitasi dan akhirnya turun kembali melalui hujan. Temuan terbaru dari BRIN menunjukkan keberadaan mikroplastik pada seluruh sampel hujan yang diuji di Jakarta, yang memperkuat bukti sebuah studi yang menyatakan bahwa hujan merupakan jalur deposisi (pengendapan) penting untuk mikroplastik di lingkungan perkotaan.
Dari mana asal mikroplastik di hujan?
Mikroplastik yang terdegradasi dari plastik ukuran besar dan masuk ke hujan disebabkan oleh berbagai aktvitas manusia, antara lain:
-
- Penggunaan barang-barang plastik sekali pakai. Ketika sampah plastik sekali pakai, seperti kemasan makanan sekali pakai, kresek, ataupun alat makan sekali pakai tercecer di lingkungan, akan terdegradasi dengan paparan sinar matahari dan partikel tersebut akan ada di udara.
- Sampah tekstil, dimana bahan-bahan pakaian yang mengandung lebih banyak polimer, akan berpotensi menambah jumlah mikroplastik di udara dan berujung di air hujan
- Pembakaran terbuka (open burning) menghasilkan partikel halus dan sisa pembakaran yang mengandung bahan plastik yang terdegradasi, serta zat-zat kimia lainnya yang lepas ke udara
- Ban kendaraan yang bergesekan di aspal juga berpotensi untuk menghasilkan mikroplastik
Apa Bahaya Mikroplastik bagi Makhluk Hidup?
Partikel mikroplastik (MPs) dapat memasuki tubuh manusia melalui tiga jalur utama:
- Ingesti (penelanan) — melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi plastik mikro.
- Inhalasi (pernapasan) — melalui udara yang mengandung debu atau aerosol plastik mikro yang terangkat ke atmosfer.
- Kontak kulit / penetrasi jaringan — beberapa studi menunjukkan bahwa partikel plastik sangat kecil dapat menembus jaringan atau membran biologis.
Dengan demikian, mikroplastik bukan hanya “masuk lewat mulut”, tetapi juga lewat udara dan potensi penembusan dalam tubuh.
Bukti Nyata Bahaya Mikroplastik
Sebuah studi menyimpulkan bahwa paparan mikroplastik terduga menyebabkan bahaya bagi sistem pencernaan, reproduksi, dan pernapasan berdasarkan kombinasi studi manusia terbatas dan banyak studi hewan. Lembaga seperti Endocrine Society mengingatkan bahwa plastik dan mikroplastik adalah sumber endocrine-disrupting chemicals (EDCs) yang mengancam kesehatan manusia.
Untuk dapat mengurangi paparan mikroplastik bagi makhluk hidup, terutama manusia, perlu dilakukan upaya yang sistemik untuk dapat mencegah semakin tingginya paparan polutan yang mengganggu kesehatan.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat umum sebagai konsumen untuk mencegah bertambahnya mikroplastik, antara lain:
- Kurangi penggunaan plastik sekali pakai (single-use plastics), dengan membawa wadah makan/minum sendiri
- Memilih kemasan guna ulang atau kemasan yang bisa di isi ulang.
- Mengurangi konsumsi makanan dan minuman, terutama yang panas, yang melekat pada kemasan plastik
- Stop untuk melakukan pembakaran sampah plastik secara sembarangan. Jika telah memilah sampah, bawa sampah dengan nilai daur ulang tinggi ke bank sampah atau mitra pengelolaan sampah yang ada di kota setempat.
- Jika melihat ada warga yang melakukan pembakaran sampah ilegal, laporkan kepada pemerintah daerah setempat untuk ditindak.
Bagi para pelaku usaha, baik itu produsen besar, HoReKa, maupun UMKM lainnya yang menjual barang dagangannya dengan kemasan plastik, beberapa hal yang dapat dilakukan:
- Desain ulang kemasan: prioritaskan kemasan yang bisa digunakan ulang (reuse), diisi ulang (refill) atau dikembalikan (returnable)
- Bagi hotel, restoran, kafe dapat membuat aturan untuk tidak menyediakan plastik sekali pakai seperti kresek, sedotan, busa polisterina, dan alat makan sekali pakai
- Memberikan program diskon atau insentif kepada para konsumen yang turut serta dalam program pengurangan sampah plastik sekali pakai (misalnya dengan pengembalian kemasan)
- Melakukan edukasi kepada konsumen terkait pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Perubahan sistemik juga ditentukan oleh bagaimana pemerintah sebagai regulator dapat menyusun kebijakan yang berpihak bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Adapun dorongan regulasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah, antara lain:
- Memperluas penerapan kebijakan pembatasan plastik sekali pakai dalam produksi dan konsumsi
- Mengawasi penerapan kebijakan pembatasan plastik sekali pakai agar dapat ditaati oleh pihak yang diatur
- Mendorong penguatan kebijakan untuk penerapan sistem guna ulang yang terintegrasi
- Pemerintah daerah dan instansi terkait perlu menindaklanjuti laporan masyarakat dengan pengawasan reguler, sanksi bila berlaku
- Melakukan kampanye edukasi publik mengenai risiko mikroplastik dan plastik sekali pakai secara berkala
- Mengkaji standard baku mutu terkait paparan mikroplastik yang aman untuk air, tanah, dan udara.








