Di balik tumpukan sampah yang tampak tak berujung di berbagai kota di Indonesia, tersembunyi ancaman yang lebih besar dari sekadar polusi visual, yakni berupa gas metana. Gas rumah kaca ini dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik tanpa oksigen (anaerobik) dan menyimpan potensi pemanasan global 25 kali lebih kuat dari karbon dioksida. Emisi ini berkontribusi signifikan terhadap perubahan iklim, dan sebagian besar dilepaskan dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang tidak terkelola dengan baik.
Ketiadaan basis data emisi gas metana di TPA, dan tidak adanya metodologi berbasis sains untuk mengawasi kinerja metana pada TPA mendorong terbentuknya Proyek MERIT (Methane Emission Reduction Initiative for Transparency) yang dilakukan di 3 provinsi: Jakarta, Jawa Barat, dan Bali. Proyek MERIT merupakan sebuah program kolaboratif antara Dietplastik Indonesia, YPBB Bandung, dan PPLH Bali yangi tidak hanya bertujuan mengurangi emisi metana dari sektor pengelolaan sampah di Indonesia, tetapi juga membuka jalan bagi kebijakan, pendanaan, dan sistem pengukuran yang transparan dan berkelanjutan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam Proyek MERIT adalah konsultasi bersama pemerintah daerah di masing-masing provinsi terkait peran serta pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam upaya pengurangan gas metana dari sektor persampahan. Dalam konsultasi ini, dilakukan diskusi yang mengangkat beberapa hal.
Tantangan Pengelolaan Sampah di Sumber
Proyek MERIT berupaya melakukan pemetaan isu dari hulu hingga hilir, termasuk pendekatan teknis, sosial, kelembagaan, hingga pembiayaan yang berkaitan dengan penanganan emisi gas metana.
- Pentingnya Edukasi dan Keterlibatan Masyarakat dalam Memilah Sampah dari Sumber
Salah satu upaya yang dapat berperan penting untuk mengurangi emisi gas metana di TPA adalah dengan memilah sampah dari sumber. Dari diskusi yang dilakukan, terdapat situasi kesiapan warga dalam mengikuti program pemilahan sampah masih dirasa kurang, yang kemudian diikuti dengan rendahnya dukungan dari desa/pemerintah setempat terkait sarana dan prasana pendukung. Strategi komunikasi yang persuasif seperti pendekatan door-to-door dan teknik pemasaran sosial (social marketing) menjadi kunci dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat.
- Pedoman Pengukuran Emisi yang Kredibel
Dari diskusi yang dilakukan di Bali, diakui bahwa pemerintah belum pernah dilakukan pengukuran emisi gas metana dan belum memiliki standard atau pedoman pengukurannya. Sedangkan pemerintah Jakarta pernah melakukan pengukuran gas metana di tahun 2022, namun dirasa juga memerlukan metode pengukuran yang hasilnya dapat diverifikasi menjadi data yang valid. Dengan melihat potensi ini, Proyek MERIT menggunakan metode standar internasional IPCC Tier 2, yang divalidasi melalui teknologi Closed Flux Chamber (CFC). memungkinkan untuk dilakukan pengukuran langsung emisi metana dari lokasi-lokasi strategis seperti TPA dan TPS3R, dan dijadikan pedoman agar dapat terstandarisasi.
- Pengelolaan Sampah Organik: Maggot, Kompos, dan Edukasi
Budidaya maggot (Black Soldier Fly/BSF) menjadi metode alternatif karena dapat memproses limbah organik dengan cepat. Namun, ketergantungan pada ketersediaan pakan, kemampuan teknis, serta kepastian pasar produk maggot masih menjadi kendala. Tak hanya itu, pengomposan idealnya lebih mudah diterapkan secara komunal, tetapi tetap menghadapi tantangan pemasaran kompos dan keberlanjutan dari sisi operasional.
- Akses pendanaan
Para peserta diskusi menyampaikan aspirasi yang sama terkait pendanaan pengelolaan sampah yang terbatas jika mereka diwajibkan untuk melakukan pengukuran emisi gas metana secara rutin. Selain itu, secara internal, ada perbedaan nomenklatur penganggaran yang diletakkan di bidang lain (bukan pengelolaan sampah) sehingga memerlukan koordinasi lanjutan terkait pengukuran gas metana di daerah. Secara umum, ketiadaan mandat nasional terkait pengukuran emisi metana membuat daerah enggan mengalokasikan dana.
Pentingnya Pengukuran Emisi Gas Metana dari Sektor Persampahan
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa kontribusi sektor limbah terhadap emisi metana Indonesia cukup signifikan, dan pengelolaan sampah menjadi salah satu sektor kunci dalam upaya pencapaian target penurunan emisi GRK nasional.
Sekitar 60% sampah di Indonesia adalah sampah organik seperti sisa makanan dan daun-daunan. Sumber utama emisi metana di sektor sampah berasal dari:
- Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang masih menerapkan sistem open dumping.
- Tempat Pengolahan Sampah (TPS3R) yang belum optimal dalam menangani organik.
- Rumah tangga dan sumber lain yang tidak memilah sampah dari awal.
Tanpa pengelolaan yang baik dari sumber, sampah ini berpotensi menambah gas metana dalam jumlah besar. Tanpa data pengukuran emisi gas metana yang kredibel, rencana pengelolaan sampah di daerah tidak dapat dirumuskan secara komprehensif dan tepat sasaran.
Rekomendasi Tindak Lanjut
Adapun hal-hal yang didapatkan untuk menjadi tindak lanjut kesiapan daerah untuk mengukur pengurangan emisi gas metana secara rutin, antara lain:
- Kementerian Lingkungan Hidup didorong untuk mengeluarkan kebijakan teknis (guidance) terkait pengelolaan sampah holistik, terutama dalam pengukuran emisi.
- Diperlukan koordinasi lintas sektor di pemerintahan yang harus diperkuat untuk menyelaraskan norma, standar, prosedur, kriteria terkait pendanaan
- Pemerintah daerah membutuhkan pelatihan dan asistensi teknis dalam menggunakan metode IPCC untuk pengukuran emisi dan perencanaan berbasis data.
- Pengelolaan sampah di sumber terus dilakukan dengan melakukan edukasi kepada masyarakat (sosialisasi) dan peningkatan fasilitas pengelolaan sampah sebagai upaya pengurangan gas metana dari sumber.
Kolaborasi Adalah Kunci
Satu hal yang jelas dari hasil Proyek MERIT adalah bahwa tidak ada satu aktor pun yang bisa menyelesaikan masalah ini sendirian. Peserta dari komunitas pendamping di Bali hingga Bandung mengungkapkan harapan besar agar hasil kajian Proyek MERIT bisa dijadikan acuan dalam kebijakan dan program daerah, terutama dalam memperluas pengukuran metana dan mendapatkan pembiayaan untuk infrastruktur yang sesuai.
Proyek MERIT membuka mata kita bahwa persoalan sampah bukan hanya tentang “kotor” atau “bau”, tetapi tentang masa depan iklim, kesehatan, dan kelayakan hidup. Dengan sistem pengelolaan sampah yang terukur, transparan, dan terintegrasi disertai pendanaan yang tepat dan advokasi kebijakan yang progresif, Indonesia dapat memimpin dalam upaya global mengurangi emisi metana sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim.
–
Sumber informasi disajikan Tim Pelaksana Proyek MERIT.