Laporan Terbaru Dietplastik Indonesia, Solusi Guna Ulang Sebagai Pengganti Sachet dan Pouch Beri Kontribusi Ekonomi Hingga Rp 1,5 Triliun

Jakarta, Indonesia 28 Maret 2024 – Konsumsi masyarakat Indonesia sangat familar dengan pemakaian produk dalam kemasan sachet dan pouch. Sayangnya, kemasan sachet dan pouch ini berkontribusi pada meningkatkan jumlah sampah plastik sekali pakai di Indonesia. Rata-rata 1 orang di Indonesia dapat mengkonsumsi 4kg sampah sachet per tahun, dengan konsumsi paling banyak dari produk makanan dan minuman instan. Jika konsumsi masyarakat terhadap produk dalam kemasan sachet dan pouch tidak diintervensi, maka sampah kemasan sachet dan pouch di tahun 2030 bisa mencapai lebih dari 1,1 juta ton. Solusi guna ulang menjadi salah satu cara untuk dapat menggantikan kemasan sachet dan pouch dalam konsumsi masyarakat.

Merespon polemik ini, Dietplastik Indonesia bekerjasama dengan Daya Makara Universitas Indonesia meluncurkan hasil studi berjudul “Laporan Evaluasi Dampak Lingkungan dan Sosial Dari Pemanfaatan Sachet dan Pouch Serta Ekspansi Solusi Guna Ulang di Jabodetabek”. Dari hasil studi ini didapatkan estimasi tim penulis yang menunjukkan bahwa nilai moneter dari biaya sosial plastik sachet dan pouch di Indonesia yang tidak terkelola dan mencemari lingkungan hidup berada di dalam rentang Rp1,19 – Rp1,78 triliun setiap tahunnya. Mayoritas dari biaya sosial tersebut berupa gangguan kesehatan, baik gangguan saluran pernafasan maupun kardiovaskular, yang diidap oleh masyarakat luas akibat keterpaparan mereka terhadap polutan hasil pembakaran sampah sachet dan pouch. Belum lagi nilai moneter dari dampak negatif yang berpengaruh dengan isu perubahan iklim.

“Laporan studi ini menunjukkan angka kerugian yang luar biasa akibat penggunaan kemasan sachet dan pouch. Walaupun masih ada beberapa keterbatasan dari studi ini, namun dapat menjadi jalan pembuka bagaimana melihat dampak dari kemasan sachet dan pouch yang selama ini dianggap ‘ramah di kantong’, tapi ternyata tidak ramah untuk lingkungan dan kesehatan. Melalui peluncuran laporan ini, kami berharap para pihak yang berwenang dalam menyusun kebijakan bisa memanfaatkannya untuk menyusun kebijakan yang tepat terhadap alternatif pengganti plastik sekali pakai terutama sachet dan pouch.” Bisuk Abraham Sisungkonon, Head of Sustainable Development Research Cluster Daya Makara Universitas Indonesia.

Sachet dan pouch merupakan dua jenis kemasan berbahan dasar plastik yang cukup luas digunakan di Indonesia khususnya untuk barang-barang konsumen yang bergerak cepat (Fast-moving consumer goods). Penggunaan sachet dan pouch dalam jumlah besar ini, hampir mustahil untuk dikumpulkan dan didaur ulang, sehingga mengakibatkan pencemaran plastik yang sangat besar, dan mengakibatkan pencemaran plastik dan mempercepat laju krisis iklim.

Diperkirakan sebesar 38% sampah plastik di Indonesia tidak ditangani dengan baik, yang mencakup pembakaran di ruang terbuka sebesar 47%, 6% dikubur, serta sebanyak 5% sampah plastik dibuang ke badan air. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampah sachet yang melewati proses pembuangan ke tempat penampungan akhir serta didaur ulang hanya sebesar 36%, sedangkan untuk sampah pouch sekali pakai hanya sebesar 6%.

Untuk menjawab permasalahan sampah sachet dan pouch, dalam laporan ini dijabarkan terkait solusi guna ulang untuk diaplikasikan terhadap sampah sachet dan pouch sekali pakai. Hal ini juga didukung dengan hasil bahwa 60% warga Jabodetabek juga menginginkan agar dapat dipermudah mendapatkan kembali produk yang mereka pakai dengan sistem guna ulang sehingga ikut berkontribusi menjaga lingkungan. Selain itu, solusi guna ulang dapat berpotensi memberikan kontribusi nilai ekonomi bersih sampai dengan Rp 1,5 Triliun pada tahun 2030 dengan syarat sistem guna ulang bisa memiliki standard dan infrastruktur yang memadai dengan dukungan kebijakan pemerintah.

“Untuk menindaklanjuti studi ini, kami sedang menyusun peta jalan sistem guna ulang bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang mendukung implementasi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P75 Tahun 2019 Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Selain itu, harapannya studi ini dapat semakin meyakinkan bahwa sistem guna ulang bisa menjadi industri baru yang dapat berkontribusi pada kebangkitan ekonomi. Apalagi setelah melihat fakta sampah sachet dan pouch dalam laporan ini, Dietplastik Indonesia semakin yakin bahwa dalam ekonomi sirkuler, sistem guna ulang lebih tepat untuk diprioritaskan.” ujar Rahyang Nusantara, selaku Deputy Director Dietplastik Indonesia.

Solusi guna ulang ini dapat bertumbuh dengan munculnya berbagai pelaku usaha guna ulang yang juga menghadapi tantangan dengan murahnya harga sachet. “Menjalankan bisnis guna ulang memang penuh tantangan, bersaing dengan sachet saat ini dijual sangat murah. Biaya extended producer responsibility (EPR) atau biaya pertanggungan jawaban produsen atas sampah barang yang diproduksi perlu dimasukkan per kemasan supaya menaikkan harga sachet. Sachet perlu dibuat mahal dan langka, sehingga guna ulang bisa bersaing. Guna ulang harusnya menjadi sistem yang normal atau umum di masyarakat.” ujar Kumala Susanto, Founder & CEO Hepi Circle.

Dengan adanya peluncuran laporan ini, diharapkan dapat menjadi pemantik semakin solid terbentuk sistem guna ulang di Indonesia. Tidak hanya dilihat sebagai upaya menjaga lingkungan, tapi dapat berperan menyumbang nilai positif pada perekonomian di Indonesia. Selain itu, diharapkan semakin meningkatnya animo masyarakat dapat berdampak semakin banyak pelaku usaha guna ulang yang bertumbuh untuk mendukung ambisi Indonesia untuk bisa terbebas dari sampah plastik sekali pakai pada tahun 2030.

Ringkasan Eksekutif Laporan Evaluasi Dampak Lingkungan dan Sosial Dari Pemanfaatan Sachet dan Pouch Serta Ekspansi Solusi Guna Ulang di Jabodetabek dapat diakses di sini.

Foto Peluncuran Report

Tentang Dietplastik Indonesia

Dietplastik Indonesia (dh. Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik) merupakan organisasi nirlaba yang berfokus pada advokasi kebijakan pengurangan sampah plastik sekali pakai di Indonesia. Dietplastik Indonesia berhasil mendorong lebih dari 100 daerah untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai setelah menginisiasi uji coba “Kantong Plastik Tidak Gratis” pada tahun 2016 bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dietplastik Indonesia bekerjasama dengan para pemangku kepentingan seperti pemerintah, pelaku usaha, dan kelompok masyarakat dalam menjalankan upaya pengurangan sampah yang solutif dan berdampak. Program unggulan yang dilakukan Dietplastik Indonesia terkait pengurangan sampah antara lain Pasar Bebas Plastik dan Gerakan Guna Ulang Jakarta. Berbagai penghargaan diperoleh Dietplastik Indonesia atas apa yang telah dilakukan dan diliput dalam dua film dokumenter, yaitu The Story of Plastic (2019) yang telah memenangkan Emmy Awards dan Pulau Plastik (2021).

E-mail: contact@plasticdiet.id

Kontak Media: Renata Vania +628112441901

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).