Sistem Guna Ulang sebagai Upaya Menekan Timbulan Sampah Plastik di India

Saat ini, India tengah menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah plastik sekali pakai, dengan produksi mencapai 9,3 juta ton setiap tahunnya yang mana sampah plstik tersebut dapat memenuhi sekitar 604 Taj Mahal¹. Untuk mengatasi permasalahan sampah platik tersebut, pemerintah India telah memberlakukan berbagai peraturan, termasuk menerbitkan pemberitahuan di Gazette of India yang mengumumkan Peraturan (Amandemen) Pengelolaan Sampah Plastik, 2023. Peraturan tersebut mulai berlaku pada hari publikasi di Gazette dan merupakan amandemen terhadap Peraturan Pengelolaan Sampah Plastik, 2016 yang sebelumnya diubah oleh Plastik Pengelolaan sampah (Amandemen Kedua) Aturan, 2022². Selain itu, amandemen terhadap Aturan Pengelolaan Sampah Plastik pada tahun 2022 memperkenalkan konsep Extended Producer Responsibility (EPR) untuk memastikan produsen dan pemilik merek bertanggung jawab atas pengelolaan sampah plastik yang mereka hasilkan³.  

Salah satu solusi yang efektif untuk mengurangi sampah plastik tersebut adalah dengan sistem guna ulang (reuse), yang melibatkan penggunaan kembali produk atau kemasan untuk tujuan yang sama tanpa melalui proses daur ulang. Model guna ulang mencakup berbagai pendekatan, seperti penggunaan botol yang dapat diisi ulang, sistem penyewaan peralatan, dan toko curah yang menawarkan produk tanpa kemasan sekali pakai.

Pada pertengahan Februari 2025, Dietplastik Indonesia selaku Co-Convenor Asia Reuse Consortium berkesempatan untuk berkunjung ke India untuk melakukan Reuse Tour and Conference dalam rangka melihat pembelajaran dari inisiatif-inisiatif yang ada di India dalam menerapkan sistem guna ulang untuk menggantikan penggunaan plastik sekali pakai. Kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari ini terdiri dari aktivitas focus group discussion bersama The Alliance of Indian Wastepickers (AIW) dengan mengangkat isu Reuse & Just Transition, dilanjutkan dengan tema India Reuse Roundtable 2025. 

Sistem dan model guna ulang di India sangat beragam dan dapat dijadikan contoh untuk diterapkan di negara lain. Berikut contoh-contoh Bisnis dan Model Guna Ulang di India.

  1. Botol Guna Ulang untuk Bir

Dalam industri minuman, khususnya bir, penggunaan kemasan guna ulang seperti botol kaca yang dapat diisi ulang menjadi solusi efektif untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut. Botol kaca memiliki keunggulan karena dapat digunakan kembali setelah melalui proses pembersihan dan sterilisasi yang tepat, sehingga mengurangi kebutuhan produksi botol baru dan meminimalisir timbulan limbah.

Beberapa produsen kaca di India, seperti SVM, Borosil, dan Pragati Glass Pvt. Ltd, memproduksi botol kaca yang dapat digunakan untuk kemasan bir guna ulang(4).  Implementasi kemasan guna ulang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga dapat meningkatkan citra merek dan memenuhi permintaan konsumen yang semakin peduli terhadap isu kemasan plastik sekali pakai. Dengan adopsi yang lebih luas, praktik ini berpotensi membawa perubahan positif dalam industri minuman di India. 

  1. Bisnis Penyewaan Alat Makan (Catering) Yang Dikelola Oleh Pemulung di Hubli-Nalini

Di wilayah Hubli-Dharwad, Karnataka, India, terdapat inisiatif unik di mana para pemulung (waste pickers) mengelola bisnis penyewaan peralatan makan untuk katering di berbagai acara. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan peralatan makan sekali pakai yang sering kali berakhir sebagai sampah plastik, serta memberikan peluang ekonomi bagi komunitas pemulung.

Pemulung di India sering kali bekerja dalam kondisi yang tidak menentu dan menghadapi stigma sosial. Namun, mereka memainkan peran penting dalam sistem pengelolaan sampah dengan mengumpulkan dan memilah material yang dapat didaur ulang. Di Hubli-Dharwad, para pemulung yang tergabung dalam organisasi seperti Self-Employed Women’s Association (SEWA) telah mengambil langkah lebih jauh dengan memulai bisnis penyewaan peralatan makan.

Bisnis ini menyediakan peralatan makan yang dapat digunakan kembali, seperti piring, gelas, dan sendok, untuk acara-acara seperti pernikahan, festival, dan pertemuan komunitas. Pelanggan dapat menyewa peralatan ini dengan biaya terjangkau, yang kemudian dikembalikan, dicuci, dan disterilkan untuk digunakan kembali. Model bisnis ini tidak hanya mengurangi limbah plastik tetapi juga menciptakan sumber pendapatan yang stabil bagi para pemulung.

Inisiatif ini memberikan dampak ganda terhadap komunitas pemulung (waste pickers). Selain dampak baik bagi lingkungan, mereka juga mendapatkan dampak baik bagi lingkungan sosial. Dengan menggantikan peralatan makan sekali pakai dengan yang dapat digunakan kembali, jumlah sampah plastik yang dihasilkan dari acara-acara besar berkurang signifikan. Pemulung (waste pickers) juga bisa mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas kontribusi mereka, meningkatkan status sosial dan ekonomi mereka dalam masyarakat.

Meskipun inisiatif ini menunjukkan hasil yang positif, terdapat tantangan seperti kebutuhan akan investasi awal untuk membeli peralatan, logistik pengiriman dan pengambilan, serta memastikan kebersihan peralatan. Namun, dengan dukungan pemerintah lokal dan organisasi non-pemerintah, model bisnis ini memiliki potensi untuk direplikasi di daerah lain.

Inisiatif penyewaan peralatan makan yang dikelola oleh pemulung di Hubli-Dharwad merupakan contoh inspiratif bagaimana solusi sederhana dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan dan kesejahteraan komunitas marginal.

  1. Plastic Waste ATMs

Plastic Waste ATMs merupakan inovasi berbasis aplikasi yang dirancang untuk mengatasi masalah limbah plastik dengan memberikan insentif kepada masyarakat untuk mendaur ulang sampah plastik. Di India, konsep ini telah diimplementasikan melalui mesin penjual otomatis terbalik (Reverse Vending Machines atau RVM) yang memungkinkan masyarakat menukar botol plastik bekas dengan imbalan tertentu.

Beberapa kota di India telah mengadopsi model ini untuk meningkatkan pengelolaan limbah plastik:

  1. Pune

Pemerintah Kota Pune berencana memasang 40 RVM dalam tiga tahun ke depan, dimulai dengan 10 mesin di lokasi strategis seperti JM Road, Shaniwarwada, dan Stasiun Pune. Inisiatif ini bertujuan untuk mendorong masyarakat mendaur ulang botol plastik insentif tertentu. 

  1. Hyderabad

Pada Februari 2021, tiga RVM diresmikan di Hyderabad sebagai bagian dari inisiatif untuk memastikan pengumpulan dan pengangkutan botol PET ke fasilitas daur ulang resmi. Langkah ini mendukung ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah yang berkelanjutan. 

  1. Mumbai

Archroma India meluncurkan proyek RVM di Viviana Mall, Thane, Mumbai, pada November 2024. Proyek ini menekankan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan dan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab (5).

Meskipun model ini menjanjikan, terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan:

  1. Biaya Implementasi. Pengadaan dan pemeliharaan RVM memerlukan investasi awal yang signifikan.
  2. Infrastruktur Pendukung. Diperlukan sistem logistik untuk mengumpulkan, mengangkut, dan mendaur ulang limbah plastik yang terkumpul.
  3. Partisipasi Masyarakat. Kesuksesan model ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat dan dukungan dari pemerintah serta sektor swasta.

Secara keseluruhan, model Plastic Waste ATMs menawarkan pendekatan inovatif dalam pengelolaan limbah plastik di India dengan memanfaatkan teknologi dan memberikan insentif kepada masyarakat. Dengan perencanaan dan pelaksanaan yang tepat, model ini memiliki potensi untuk mengurangi polusi plastik secara signifikan dan meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan.

  1. Penerapan Sistem Closed Loop dalam Manajemen Acara di India

Meskipun tidak spesifik pada manajemen acara, konsep closed loop telah diterapkan dalam rantai pasok di India. Misalnya, perusahaan seperti Coca-Cola India dan Amul telah mengadopsi sistem rantai pasok siklus tertutup dengan menggunakan kemasan yang dapat dikembalikan dan digunakan kembali. Coca-Cola India meluncurkan program percontohan di Chennai yang menggunakan botol kaca yang dapat dikembalikan untuk minumannya, sementara Amul menggunakan botol kaca yang dapat dikembalikan untuk produk susunya, menciptakan sistem siklus tertutup. 

Penerapan sistem closed loop dalam manajemen acara di India menghadapi beberapa tantangan, seperti:

  1. Biaya awal investasi untuk infrastruktur dan material guna ulang mungkin tinggi.
  2. Kurangnya pemahaman tentang praktik guna ulang berkelanjutan di kalangan penyelenggara dan peserta acara.

Namun, dibalik tantangan yang dihadapi oleh sistem closed loop manajemen acara, terdapat peluang signifikan untuk meningkatkan keberlanjutan dalam industri manajemen acara di India melalui:

  1. Inovasi mengembangkan solusi kreatif untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi sumber daya.
  2. Kolaborasi dengan bekerja sama dengan pemerintah, LSM, dan sektor swasta untuk mempromosikan praktik berkelanjutan.

Dengan meningkatnya perhatian terhadap keberlanjutan, penerapan sistem closed loop dalam manajemen acara di India memiliki potensi besar untuk mengurangi dampak buruk plastik sekali pakai dan menciptakan model bisnis yang lebih bertanggung jawab.

  1. Zero Waste Store/ Refillable Model

Toko zero waste atau dengan model isi ulang adalah konsep ritel yang bertujuan mengurangi kemasan sekali pakai dengan menjual produk guna ulang yang dapat digunakan kembali. Pelanggan membawa wadah sendiri untuk membeli barang dalam jumlah yang diinginkan, sehingga meminimalkan penggunaan plastik dan material sekali pakai.

Di India, konsep toko zero waste dan model isi ulang semakin berkembang seiring meningkatnya kesadaran akan dampak negatif limbah plastik terhadap lingkungan. Beberapa toko dan inisiatif yang menerapkan konsep ini antara lain:

  1. Adrish Zero Waste: Merupakan jaringan toko zero waste pertama di India yang menawarkan produk organik tanpa kemasan plastik. Adrish memiliki cabang di berbagai kota seperti Pune, Mumbai, dan Delhi. 
  2. Bare Necessities: Bertempat di Bangalore, toko ini menyediakan berbagai produk ramah lingkungan dan menawarkan layanan edukasi untuk mendorong gaya hidup zero waste
  3. Refillable: Sebuah layanan isi ulang bergerak yang mengantarkan produk perawatan rumah tangga langsung ke rumah pelanggan, mengurangi kebutuhan akan kemasan plastik sekali pakai. 

Penerapan toko zero waste dan model isi ulang di India membawa berbagai manfaat, seperti pengurangan limbah plastik, edukasi konsumen tentang keberlanjutan, dan dukungan terhadap produk lokal. Namun, tantangan yang dihadapi meliputi perubahan perilaku konsumen, keterbatasan akses ke toko-toko tersebut, dan biaya operasional yang mungkin lebih tinggi.

Penerapan toko zero waste dan model isi ulang di India menunjukkan langkah positif menuju pengurangan limbah plastik dan promosi gaya hidup berkelanjutan. Dengan meningkatnya kesadaran dan dukungan masyarakat, inisiatif ini berpotensi memberikan dampak signifikan dalam upaya pelestarian lingkungan.

Kegiatan Reuse Tour and Conference India ini merupakan rangkaian acara Reuse Tour yang sebelumnya telah dilakukan di Indonesia, Vietnam, dan Philipine. Kegiatan yang didukung oleh PR3-The Alliance to Advance Reuse untuk memperkuat kampanye guna ulang di bawah naungan Asia Reuse Consortium.

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).