Busan, Korea Selatan — 27 November 2024 – Polusi plastik telah mencapai titik kritis, tetapi Asia memimpin perubahan dengan sistem penggunaan kembali (reuse) dan pengisian ulang (refill) yang inovatif dapat membuktikan bahwa kita dapat beralih dari plastik sekali pakai. Dengan putaran kelima negosiasi Komite Negosiasi Antarpemerintah (Intergovernmental Negotiating Committee, selanjutnya disebut dengan INC) untuk mengembangkan instrumen yang mengikat secara hukum internasional tentang Polusi Plastik yang sedang berlangsung di Busan, Korea Selatan, para organisasi pembentuk Asia Reuse Consortium—GAIA Asia Pasifik, Dietplastik Indonesia, dan Break Free From Plastic—merilis laporan komprehensif berjudul, ‘Unpacking Reuse in Asia,’ yang menggarisbawahi upaya perintis di seluruh kawasan (Asia) dan menawarkan solusi yang dapat diskalakan untuk mengatasi krisis plastik global.
Dari inisiatif “Kuha sa Tingi” di Filipina, dimana konsumen membawa wadah yang dapat digunakan kembali untuk membeli kebutuhan sehari-hari, hingga Crockery and Cutlery Banks (jasa peralatan makan guna ulang) di India, yang menghilangkan kebutuhan akan peralatan makan sekali pakai di berbagai acara, sistem ini menggarisbawahi manfaat lingkungan dan ekonomi dari guna ulang.
“Asia adalah rumah bagi ekonomi penggunaan kembali yang dinamis dengan solusi inovatif yang telah ada selama berabad-abad dan kini berkembang untuk mengatasi (polusi) plastik sekali pakai,” kata Rahyang Nusantara, Deputi Direktur Dietplastik Indonesia. “Laporan ini menyoroti kepemimpinan Asia dalam praktik berkelanjutan dan menunjukkan bagaimana sistem isi ulang dan pengembalian (kemasan guna ulang) dapat mengubah pola konsumsi sekaligus mendukung mata pencaharian.“
“Studi ini menggarisbawahi perlunya Perjanjian Plastik Global yang kuat dan mengikat secara hukum untuk mendukung sistem pengembalian (kemasan guna ulang) dan pengisian ulang dengan kerangka kerja yang jelas dan konsisten,” kata Ambily Adithyan, Zero Waste Cities Program Officer di GAIA Asia Pasifik. “Perjanjian (Plastik Global) ini harus mendefinisikan sistem guna ulang secara efektif, menetapkan target yang ambisius, dan memastikan infrastruktur dan kolaborasi yang dibutuhkan untuk implementasi yang lancar.“
Sorotan Utama dari Laporan ‘Unpacking Reuse in Asia’:
- Sistem Isi Ulang dan Pengembalian: Ini adalah komponen berbeda pada sistem guna ulang, masing-masing memiliki proses unik yang berkontribusi untuk mengurangi sampah sekali pakai.
- Lebih Dari Sekadar Guna Ulang Material: Sistem guna ulang yang efektif membutuhkan lebih dari sekadar material kemasan yang dapat digunakan kembali; sistem ini menuntut infrastruktur dan proses yang kuat untuk memastikan kemasan dapat digunakan beberapa kali untuk tujuan yang sama.
- Kolaborasi Rantai Pasokan: Keberhasilan sistem guna ulang bergantung pada upaya terkoordinasi di seluruh rantai pasokan. Kolaborasi memastikan operasi yang efisien dan memungkinkan transisi yang adil, yang memungkinkan semua pemangku kepentingan untuk beradaptasi dan berintegrasi secara adil.
- Solusi Yang Didasari Dengan Konteks yang Spesifik: Sistem guna ulang seperti pengembalian kemasan dan isi ulang harus disesuaikan agar sesuai dengan konteks lokal. Pendekatan yang disesuaikan memastikan tingkat adopsi yang lebih tinggi dan dampak yang lebih besar dalam masyarakat.
- Dukungan Kebijakan: Menetapkan target yang ambisius untuk sistem pengembalian dan isi ulang sangat penting. Kebijakan juga harus memprioritaskan pengembangan infrastruktur pendukung dan pembiayaan yang aman untuk memungkinkan sistem ini berkembang secara efektif. Saat negosiasi perjanjian plastik (INC) terus berlanjut, laporan tersebut menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan ketentuan perjanjian yang membahas siklus hidup penuh plastik sambil memusatkan sistem penggunaan ulang sebagai komponen penting dari solusi polusi plastik global.
Pinky Chandran, Asia Pacific Regional Coordinator di Break Free From Plastic, mencatat, “Perjanjian (Plastik Global) harus mengakui bahwa sistem guna ulang sesuai dengan hubungan akuntabilitas perusahaan, tata kelola yang kuat, hak pekerja dan mata pencaharian, dan tanggung jawab utama serta biaya transisi ke sistem guna ulang berada di tangan pemerintah, produsen, dan pengecer. Penting bagi perjanjian plastik untuk mengamanatkan sistem guna ulang yang memastikan pemulung dan pekerja di lingkungan informal dan koperasi terintegrasi ke dalam sistem.”
Sorotan Regional: Pemimpin dalam Guna Ulang
Hong Kong
Di Hong Kong, guna ulang berada di garis depan dalam menangani sampah kemasan sekali pakai. Menurut Kelvin Tsui, Co-founder dan CEO ReCube Limited, “Sistem penyewaan peralatan makan yang dapat digunakan kembali sangat penting dalam mendorong pergeseran Hong Kong menuju ekonomi sirkular, mengatasi masalah sampah sekali pakai yang mendesak. Kami telah menunjukkan bahwa guna ulang dapat bersifat praktis dan nyaman, membuatnya mudah dan dapat diakses oleh semua orang.
India
Di India, sistem guna ulang menciptakan peluang untuk manajemen acara yang berkelanjutan. Laporan tersebut menyoroti Crockery and Cutlery Banks (jasa peralatan makan guna ulang), yang telah mendapatkan perhatian karena kemampuan mereka untuk menghilangkan plastik sekali pakai di acara-acara pertemuan.
Solusi yang dilokalkan dan berbasis konteks ini menggambarkan perlunya pendekatan yang komprehensif untuk praktek guna ulang, khususnya dalam pengemasan. Adithyan menambahkan, “Tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua masalah. Fokusnya harus melampaui penggunaan kembali material untuk mencakup infrastruktur dan proses yang memungkinkan kemasan digunakan kembali beberapa kali untuk tujuan yang sama. Sistem guna ulang yang efektif juga menuntut kolaborasi di seluruh rantai pasokan untuk memastikan fungsi yang lancar dan efisien.”
Filipina
Di Filipina, inisiatif yang digerakkan oleh masyarakat seperti “Kuha sa Tingi” mengubah cara masyarakat mengonsumsi. Marian Ledesma, Zero Waste Campaigner di Greenpeace, menyoroti signifikansinya: “Sistem guna ulang dan pengisian ulang seperti ‘Kuha sa Tingi’ membuktikan bahwa keberlanjutan sejati dapat dicapai dan layak secara ekonomi. Inisiatif ini seharusnya menginspirasi para pemimpin global untuk memperjuangkan transisi yang adil menuju ekonomi berbasis penggunaan ulang.”
Thailand
“Untuk melawan budaya sekali pakai, guna ulang adalah kuncinya—dan masyarakat sudah siap. Kami sangat membutuhkan dukungan hukum untuk sistem penggunaan ulang yang inklusif dan aman, yang terlalu sering dibayangi oleh inovasi yang mencolok,” kata Salisa Traipipitsiriwat, Senior Campaigner/ SEA Plastics Project Manager di Environmental Justice Foundation. “Guna ulang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita; hal itu harus dilestarikan, diperluas, dan dijadikan kewajiban dalam kebijakan pengurangan sampah, dan laporan ini memberikan (informasi) yang perlu Anda ketahui untuk mewujudkan Guna Ulang.”
Vietnam
Reffilables Dong Day di Vietnam mencontohkan tindakan yang mendukung ekonomi sirkula. Menurut Hanh Vu dan Alison Batchelor, co-owner inisiatif tersebut, “Sistem pengembalian (kemasan guna ulang) jauh melampaui (dari target) untuk meminimalisir sampah di TPA; sistem ini melindungi sumber daya alam untuk generasi mendatang. Ini merupakan panggilan bagi bisnis dan masyarakat untuk merangkul hubungan yang lebih simbiosis dengan lingkungan kita.”
Versi lengkap laporan yang akan dirilis pada tahun 2025, akan memberikan peta jalan yang komprehensif untuk meningkatkan skala sistem (guna ulang) yang telah terbukti secara global, yang akan menginspirasi tindakan berani melawan polusi plastik.
###
Unduh ‘Unpacking Reuse in Asia’ [Versi Ringkas] di sini. Untuk info lebih lanjut, silakan lihat: Reuse in Asia
Kontak Media:
Ambily Adithyan, Zero Waste Cities Program Officer, GAIA Asia Pacific | ambily@no-burn.org
Eah , Senior Communications Officer, Break Free From Plastic | eah@breakfreefromplastic.org | eah@breakfreefromplastic.org | +639278277960
Adithiyasanti Sofia, Communications Manager, Dietplastik Indonesia | dithisofia@plasticdiet.id | +62817187501
Dan Abril, Communications Associate, GAIA Asia Pacific | dan@no-burn.org | +639174194426
Tentang GAIA:
GAIA is a network of grassroots groups as well as national and regional alliances representing more than 1000 organizations from 92 countries. With our work, we aim to catalyze a global shift towards environmental justice by strengthening grassroots social movements that advance solutions to waste and pollution. We envision a just, zero waste world built on respect for ecological limits and community rights, where people are free from the burden of toxic pollution, and resources are sustainably conserved, not burned or dumped. www.no-burn.org